Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IPC, Menggapai Angan Menjadi Pelabuhan Digital

IPC, Menggapai Angan Menjadi Pelabuhan Digital Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) atau yang dikenal dengan nama Indonesia Port Corporation berambisi untuk menjadi trade facilitator atau fasilitator perdagangan dalam 5 tahun mendatang. Mimpi yang apat mengubah citra dunia pelabuhan itu, perlahan tapi pasti mulai diimplementasikan melalui transformasi di bidang teknologi dan juga pengembangan sumber daya manusia di beberapa pelabuhan yang ada dibawah naungannya. 

 

Sektor pelabuhan yang selama ini sarat dengan keterlambatan waktu bongkar muat dan antrian panjang kendaraan,  tidak akan terdengar lagi dalam beberapa tahun ke depan. Khususnya untuk 12 pelabuhan yang saat ini ada dibawah tanggung jawab IPC. 

 

Direktur Utama IPC Evelyn G Masassya mengatakan sebagai salah satu langkah transfornasi, pada tahun 2020 mendatang IPC ditargetkan dapat menyelesaikan fase pertamanya, yakni menjadi pelabuhan kelas dunia. Perubahan, multak diperlukan untuk menyelaraskan bisnis dengan kebutuhan masyarakat dan dunia. 

 

"Pelabuhan itu sekarang tidak cukup lagi berperan hanya sebagai pelabuhan. Dulu itu ada istilah bahwa pelabuhan itu kan memudahkan arus barang, keluar dan masuk. Istilah teknisnya port to port. Dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Sekarang sudah harus lebih dari itu," katanya kepada Warta Ekonomi, Kamis (21/11).

 

Baca Juga: Jalasveva Jayamahe: Konsep Besar IPC Membangun Era Baru Maritim Indonesia

 

Lebih lanjut dirinya mengatakan perseroan melakukan upaya untuk menggeser konsep port to port menjadi door to door. Itu artinya dari perusahaan sudah hadir sejak barak itu keluar pabrik sampai pada importir di luar negeri, atau dari pabrik di luar negeri langsung pada customer di dalam negeri.

 

Dengan begitu, fungsi port operator yang selama ini disematkan kedalam perusahaan pelabuhan bisa berubah menjadi trade facilitator. Nah basis dari fasilitas perdagangan sendiri adalah digital port atau pelabuhan digital.

 

Digitalisasi di seluruh aktivitas pelabuhan

 

Pelabuhan sendiri sejatinya melayani 3 aktivitas utama. Pertama berada di sisi laut yang dinakakan marine services, disini proses yang dilakukan adalah menandu dan menarik kapal ke dermaga. Kemudian dilakukan aktivitas yang kedua yang dinamakan terminal handling. Disitu barang yang ada di kapal diturunkan atau harus dibawa naik ke kapal. 

 

Nah setelah turun ke terminal, barang-barang tersebut bisa dibawa ke gudang atau  langsung ke pabrik. Aktivitas tersebut disebut juga sebagai aktivitas logistic atau supporting. Evelyn menjelaskan cara-cara konvensional tersebut berimbas pada tingginya biaya logistik, karena mulai dari kapal datang hingga akhirnya masuk ke gudang terdapat waktu tunggu yang cukup lama. 

 

"Karena itu kita harus perbaiki agar biaya tidak tinggi, melalui pendekatan digital. Nah kita siapkan satu sistem namanya marine operation system (MOS) dan Traffight System (TAS)," jelasnya. 

 

Melalui sistem tersebut perusahaan sudah mengetahui kapal apa yang akan datang, posisi kapal, jumlah dan jenis muatan juga tujuan terminalnya. Dengan diaplikasikannya sistem tersebut, maka waktu tunggu kapal bisa diestimasi. 

 

Sementara di sisi terminal, dengan digitalisasi, pelabuhan sudah mengetahui berapa kebutuhan untuk bisa melakukan bongkar muat, karena kapal yang akan merapat sudah membuat perencanaan terlebih dahulu.  Mulai dari jumlah crane yang dibutuhkan dan juga kebutuhan waktu yang akan dihabiskan selama proses bongkar muat, sudah terekam semua oleh sistem yamg ada di pelabuhan.

 

Baca Juga: Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia

 

Nah jika membincang trade facilitator, perseroan berencana membuat satu platform berjenis marketplace yang mampu mempertemukan pelabuhan dan semua yang berhubungan dengan pelabuhan. 

 

"Orang-orang yang ingin cari kapal bisa menggunakan platform tersebut. Cari gudang dan cari truk juga bisa menggunakan aplikasi itu. Ini kita sebut platform untuk maritime. Inilah yang disebut dengan trade fasilitator, dan semua basisnya adalah digital. Itulah vision kita ke depan, yaitu step kedua dari transformasi kita setelah sukses di level pertama menjadi pelabuhan berkelas dunia," ungkap Evelyn. 

 

Siapkan Rp1 Triliun 

Demi memuluskam ambisinya, IPC menyiapkan alokasi dana sekitar Rp1 triliun untuk pengembangan perangkat lunak dan perangkat kerasnya. Adapun yang akan mendapat mandat untuk mengeksekusinya adalah 2 entitas usaha perusahaan yang memiliki bisnis di sektor informasi teknologi. 

 

Evelyn menuturkan perseroan juga sudah mengantongi beberapa referensi pelabuhan besar di dunia, mulai dari pelabuhan di China, Dubai, Eropa dan Amerika. Sebagai catatan, perusahaan juya bakal melakukan otomasi pelabuhan selain digitalisasi

 

Melalui otomasi pelabuhan, seluruh operasional pelabuhan akan dijalankan secara otomatis. Mulai dari proses bongkar muat, angkut dan juga kirim barang ke gudang semuanya dikerjakan secara robotik. 

 

"Artinya cranenya ngangkat sendiri, truknya datang sendiri, diatur sedemikian rupa secara remote, sehingga sentuhan manusia menjadi lebih sedikit, dan kita menyebut sebagai era robotic, kemudian menggunakan artificial intelligence, lalu data-datanya akan pakai bockchain," tuturnya. 

 

Jika memang hal tersebut bisa terlaksan, tentunya wajah pelabuhan Indonesia akan bertambahbkinclonh. Bangsa ini yang sedari dulu dikenal sebagai bangsa maritim juga bisa semakin menepuk dada atas kemajuan yang ada di sektor pelabuhan, gerbang dunia maritim. 

 

Namun hal itu baru bisa dilakukan jika pelabuhan digital sudah tercipta. Perseroan sendiri menargetkan pada tahun 2022 mendatang, otomasi sudah dapat dilaksanakan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: