Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ringgit Jatuh, Biaya Hidup di Malaysia Meningkat

Ringgit Jatuh, Biaya Hidup di Malaysia Meningkat Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, pemerintahannya akan membahas soal ringgit yang mengalami depresiasi yang membuat bea impor menjadi mahal dan biaya hidup tinggi. Pernyataan itu untuk menanggapi kritik yang menyerang pemerintahannya.

"Sebelumnya, mata uang Malaysia 3,80 terhadap dolar AS. Tapi sekarang menjadi 4,20. Karena itu, semua yang kita beli menjadi lebih mahal. Itu salah satu alasannya. Kita akan diskusikan masalah ini di pemerintahan," kata Mahathir kepada wartawan saat ditanya soal tingginya biaya kebutuhan dasar di Malaysia, dikutip the Channel News Asia, Sabtu (30/11/2019).

Pemimpin Malaysia 94 tahun itu mengatakan, minggu lalu ia mempertimbangkan akan mereshuffle kabinetnya. Hal itu ia lontarkan ketika koalisi penguasa kalah telak dalam pemilu lantaran isu ekonomi sulit dan biaya hidup yang tinggi.

Baca Juga: Langkah Malaysia Menuju 5G Makin Dekat, Indonesia Jalan di Tempat?

Kekuatan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara ini tengah berada dalam pertumbuhan yang paling lemah dalam kuartal ketiga ini. Penyebabnya adalah penurunan angka ekspor dan pertambangan.

New Strait Times melaporkan, pemerintahan Mahathir sedang mencari cara untuk menghentikan nilai ringgit yang terus merosot. Mahathir merespons pertanyaan media dengan sebuah studi yang dilakukan lembaga think-thank independen, Emir Research.

Lembaga ini menemukan bahwa indeks kekhawatiran nasional (National Worry Index) ada pada tingkat paling maksimum dengan skor 0,77 dengan skala nol dan satu. Biaya hidup adalah sumber kekhawatiran banyak orang Malaysia, skornya 0,81.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: