Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Menteri Ya Melayani, Bukan Sibuk Hitung Gaji. . .

Jadi Menteri Ya Melayani, Bukan Sibuk Hitung Gaji. . . Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam acara Mata Najwa Trans7, Najwa Shihab berbincang dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Pada episode kala itu, Nana membahas tentang kekayaan Nadiem dan perolehan gaji menjadi seorang menteri.

Seperti diketahui, Nadiem memiliki harta kekayaan mencapai US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Ia masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia. Nadiem lebih memilih meninggalkan perusahaannya yang kini sudah berstatus decacorn, Go-Jek, demi membangun pendidikan di Tanah Air.

Baca Juga: Dear Mas Nadiem, Guru Harus Bahagia

Nana menyebutkan, seorang menteri menerima gaji sebesar Rp13.680.000 setiap bulannya. Meski demikian, menteri tetap menerima tunjangan lainnya yang bisa mencapai Rp100-500 juta.

Disinggung soal pendapatan, Nadiem mengaku itu tidak menjadi pertimbangan baginya sehingga memutuskan untuk hengkang dari Go-Jek dan menerima tawaran sebagai menteri.

"Kalau mau jadi menteri tapi untuk cari uang ya mendingan enggak usah jadi menteri gitu lho," tegas Nadiem, "ya kalau jadi menteri ya melayani."

Baca Juga: Satu-Satunya dari Indonesia, Nadiem Makarim Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Ia pun mengaku kurang lengkap jika kehidupannya belum ada kepemimpinan dalam melayani.

"Tapi yang penting kita itu dalam kehidupan kita belum lengkap kepemimpinannya kalau belum melayani. Itu lho yang saya kepingin," ujar Nadiem.

Adanya tawaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi menteri merupakan kesempatan Nadiem Makarim dalam berkiprah di dalam sektor kepemerintahan atau negara.

"Sebenernya saya seneng baget di perusahaan saya sebelumnya, tapi menurut saya prinsip kepemimpinan versi saya pribadi adalah kita tuh belum kelar kalau hanya pernah punya pengalaman di dalam suatu sektor swasta saja," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: