Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jawab Tantangan Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan, Pengusaha Dapat Kunjungi Pameran Ini

Jawab Tantangan Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan, Pengusaha Dapat Kunjungi Pameran Ini Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring dengan maraknya isu pencemaran lingkungan oleh limbah plastik, penggunaan kemasan ramah lingkungan (sustainable packaging) mulai berkembang. Ide penggunaan kemasan ramah lingkungan sendiri sudah lama diterapkan di negara asing.

Mengikuti perkembangan tersebut, pelaku industri di Indonesia melihat hal itu sebagai peluang untuk mengembangkan dan mengikuti tren agar tidak tersisih dari persaingan global. Selain itu, penggunaan kemasan ramah lingkungan juga merupakan suatu keperluan yang harus diterapkan oleh setiap pelaku industri di Indonesia, mengingat saat ini saat ini tengah ramai isu mengenai bahaya limbah yang berasal dari sampah produk terutama plastik.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Masyarakat Berbasis Kampanye Antisampah Plastik, Jamkrindo Gandeng Pemkab Sukabumi

Menanggapi isu tersebut, Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (FPI), Henky Wibawa, menekankan pentingnya sustainable packaging dalam mempromosikan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik, mengurangi bahaya terhadap lingkungan, dan dalam jangka panjang menurunkan biaya. Oleh karena itu, penting memikirkan kembali desain kemasan dan pembuatannya dalam penerapan Industri 4.0.

"Sebanyak 81% dari dampak lingkungan suatu produk berada pada tahap desain," ujar Henky Wibawa.

Henky menekankan pentingnya mengadopsi desain berkelanjutan dalam kemasan sebagai satu pendekatan untuk produksi kreatif yang mendasari pengambilan keputusan yang efektif terhadap pengurangan dampak pada masyarakat dan lingkungan. Merancang kemasan makanan dan minuman dengan paradigma ramah lingkungan meningkatkan kelayakan produk. Hal ini karena bahan yang dapat digunakan kembali menciptakan nilai baru, tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi juga untuk pengguna dan bisnis lain yang akan menggunakan dan menggunakan kembali bahan tersebut.

"Dengan teknologi baru dan pendekatan desain, pengemasan dapat membantu mencegah pemborosan makanan di berbagai tahapan rantai nilai," imbuh Henky.

Untuk mewujudkan hal itu, menurut Henky, pengusaha Indonesia dapat memanfaatkan pameran Interpack 2020, ajang pameran B2B terbesar industri pengemasan dan industri terkait lainya, yang bakal di gelar di Pameran di Düsseldorf Jerman pada tanggal 7–13 Mei 2020. Menyambut pameran yang akan menyita perhatian insan industri pengemasan dunia, Interpack 2020, Messe Düsseldorf melakukan roadshow ke negara-negara di dunia.

Roadshow di Indonesia dilaksanakan di Hotel Grand Hyatt, Selasa (3/12/2019). Penyelenggara bertemu dengan 90 pengusaha industri pengemasan Indonesia guna memberikan edukasi tren pengembangan industri kemasan di dunia.

Thomas Dohse, Deputy Director Interpack Messe Düsseldorf GmbH mengungkapkan, pameran tersebut nantinya akan diikuti oleh 3000 perusahaan teknologi pengemasan ternama dari 60 negara di dunia. Peserta pameran akan menghadirkan tren-tren teknologi masa depan yang diprediksi sudah makin berkembang di penghujung tahun 2019.

"Pameran Interpack yang digelar setiap tiga tahun selalu mencatat jumlah pengunjung yang fantastis. Di tahun 2017, Interpack dikunjungi oleh 170.899 pengunjung dari 169 negara dengan 75% dari jumlah tersebut memiliki jabatan penting dan merupakan pengambil keputusan di perusahaannya," ujar Thomas.

Menurut Thomas, Interpack berfokus pada solusi pengemasan dan teknologi proses terkait, ditujukan bagi para pengusaha di bidang makanan, minuman, gula-gula, produk roti, farmasi, kosmetik, barang konsumsi bukan makanan, dan barang industri. Penyelenggara juga mengelompokkan eksibitor-eksibitor terkait ke dalam satu kluster untuk mempermudah pengunjung mencari teknologi yang diinginkan.

"Misal, penyuplai teknologi kemasan obat-obatan berada dekat dengan kosmetik. Atau pengunjung yang mencari mesin untuk teknologi pelabelan dan identifikasi, produksi bahan kemasan, dan pencetakan kemasan berada dalam satu hall pameran sehingga waktu kunjungan menjadi lebih efisien," jelas Thomas. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: