Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Robot Militer Canggih Diisukan Bakal Moncer di Pertempuran, tapi Prancis Gak Setuju karena...

Robot Militer Canggih Diisukan Bakal Moncer di Pertempuran, tapi Prancis Gak Setuju karena... Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Paris -

Prancis tegaskan tak membiarkan kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) militer menjadi sepenuhnya otomatis tanpa adanya campur tangan manusia. Hal itu sebagaimana dikatakan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.

Parly dengan keras menentang sistem senjata otonom mematikan yang oleh beberapa orang disebut "robot pembunuh" dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh Defense News.

"Prancis menolak untuk mempercayakan keputusan hidup atau mati ke mesin yang akan bertindak sepenuhnya secara mandiri dan lolos dari segala bentuk kontrol manusia, dan tidak akan mengirim mesin seperti itu ke dalam pertempuran," katanya

Baca Juga: Presiden AS: Saya Melihat Prancis Pecah dari NATO

Penggunaan AI otomatis, lanjut Parly, dalam sistem kemiliteran pada dasarnya bertentangan dengan prinsip yang dipegang Prancis.

"Sistem seperti itu pada dasarnya bertentangan dengan semua prinsip kami. Terminator tidak akan pernah berbaris di Champs-Elysees pada Hari Bastille," imbuhnya seperti disitir dari Russia Today, Rabu (4/12/2019).

Parly sebelumnya menyuarakan keprihatinan atas prospek robot sepenuhnya bekerja otomatis di medan perang pada bulan April. Baru-baru ini, Prancis membentuk komite etika pemerintah untuk memantau perkembangan AI militer.

Menulis untuk Defense News, Parly juga menekankan bahwa AI militer yang maju harus tetap berada di luar tangan negara-negara yang tidak bertanggung jawab dan aktor-aktor non-negara.

Baca Juga: NATO Dipaksa Beli Senjata Buatan AS, Prancis Tak Terima dan Marah

Pesatnya perkembangan teknologi AI telah mendorong pertanyaan tentang penggunaan etis mereka ke garis depan, terutama dalam situasi hidup dan mati di tengah perang.

Tahun lalu, Google dipaksa untuk tidak memperbarui pekerjaan pada Project Maven yang kontroversial, yang akan memungkinkan Pentagon untuk meningkatkan kemampuan penargetan drone tempurnya --setelah ribuan karyawan perusahaan memberontak, dengan alasan bahwa penelitian tersebut bertentangan dengan nilai-nilai inti Google.

Amazon juga menghadapi pengawasan serupa atas upayanya untuk bekerja pada jaringan komputasi awan militer, yang dikenal sebagai JEDI, untuk Pentagon.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: