Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Pernyataan Macron, Rusia: Eropa Barat Harus Terlibat Perundingan Senjata Nuklir

Dukung Pernyataan Macron, Rusia: Eropa Barat Harus Terlibat Perundingan Senjata Nuklir Kredit Foto: Reuters/Ria Novosti
Warta Ekonomi, Sochi -

Pemerintah Rusia mengatakan negara-negara Eropa Barat harus terlibat dalam perundingan tentang perjanjian kontrol senjata nuklir baru pascaruntuhnya kesepakatan Intermediate-Range Nuclear Forces (INF).

Juru bicara Kremlin Dmitry Pesov mengungkapkan Moskow mendukung pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan negara-negara Eropa Barat harus terlibat dalam perundingan perjanjian pengendalian senjata nuklir. Dia menilai, tak hanya China yang harus terlibat dalam perundingan demikian sebagaimana desakan Amerika Serikat (AS).

"Esensinya adalah kita berbicara tentang runtuhnya INF dan kebutuhan menebusnya dengan sesuatu yang lain, maka seseorang tidak dapat mengangkat masalah hanya partisipasi Beijing. Pertama-tama, perlu berbicara tentang negara-negara Eropa Barat, di mana rudal jarak menengah dan pendek juga dikerahkan," kata Peskov pada Rabu (4/12), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga: Komandan SMF: Rusia Disuplai Lebih dari 150 Peluncur Rudal Yars Tercanggih

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov telah memperingatkan tentang risiko terjadinya perang nuklir. Ia mengklaim telah melihat gejala atau indikasi yang memungkinkan terjadinya hal tersebut. “Ada risiko perang nuklir. Dinamika negatif telah sangat terlihat selama setahun terakhir,” kata Ryabkov pada 12 September lalu.

Dia berpendapat gerakan negara-negara Barat menjadi lebih emosional dan terkadang agresif. “Mereka menghindari diskusi substantif tentang isu-isu yang sudah lewat dan menghambat pekerjaan saluran dialog, terus menghancurkan arsitektur pengendalian senjata,” ucapnya.

Selain itu, Ryabkob menilai Barat secara sengaja mengejar garis destruktif dengan menghancurkan perjanjian efektif dalam bidang keamanan serta stabilitas. Padahal perjanjian tersebut telah dipertahankan selama puluhan tahun.

“Ini adalah perilaku yang sangat berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Ini mungkin memicu konsekuensi yang agak negatif untuk stabilitas strategis,” ujar Ryabkov.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: