Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wow! Asia Pasifik Pecahkan Rekor Volume Transaksi Real Estate di Q3 2019, Negara Mana Paling Besar?

Wow! Asia Pasifik Pecahkan Rekor Volume Transaksi Real Estate di Q3 2019, Negara Mana Paling Besar? Kredit Foto: Emerald Terrace
Warta Ekonomi, Jakarta -

Volume transaksi real estate komersial di Asia Pasifik pada kuartal ketiga 2019 telah mencapai rekor sebesar US$128 miliar, berdasarkan data dari JLL, konsultan real estate global.

Volume transaksi selama periode Juli hingga September naik 18 persen dibanding tahun lalu menjadi US$42 miliar. Hal itu menjadikan kinerja kuartal ketiga tersebut sebagai yang terbaik dalam sejarah, menurut laporan Global Capital Flows. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan volume transaksi sebesar 10 persen dibandingkan 2018. Kinerja Asia Pasifik dalam tiga kuartal pertama tahun ini secara signifikan lebih baik daripada pertumbuhan volume transaksi rata-rata global yang hanya mencapai 1 persen.

 Baca Juga: Ciputra Pengagas Konsep Real Estate di Indonesia

"Investor di Asia Pasifik menghadapi sejumlah tantangan seperti perlambatan pertumbuhan dan perang dagang," kata Stuart Crow, CEO Asia Pacific Capital Markets, JLL dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (5/12/2019).

"Likuiditas menguat di beberapa pasar seperti Seoul, Tokyo, dan Singapura dengan fundamental pelaku pasar tetap solid. Kami mengharapkan para investor Asia untuk lebih mendiversifikasi kepemilikan real estate mereka baik di kawasan ini maupun secara global pada bulan-bulan mendatang saat mereka mengupayakan hasil yang lebih tinggi," lanjut Stuart.

Di antara kota-kota Asia Pasifik, Seoul merupakan yang paling likuid dengan nilai real estate yang ditransaksikan selama tiga kuartal pertama tahun ini mencapai US$15,4 miliar.

Shanghai dan Singapura paling menonjol 

China mencatatkan kenaikan transaksi di kawasan tersebut. Kegiatan investasi tetap bertumbuh berkat permulaan yang bagus pada awal tahun ini. Pertumbuhan regional juga didukung oleh pemulihan yang cepat di Singapura. Kegiatan investasi sedang mencapai puncaknya di negara ini, menurut laporan tersebut.

Investasi di Shanghai mencapai US$14,4 miliar (ytd), dengan jumlah US$3,5 miliar diterima di kuartal ketiga. Kota di China ini adalah kota dengan jumlah investasi antarnegara terbesar di antara kota-kota di Asia Pasifik dalam tiga kuartal pertama tahun ini, disusul oleh Singapura dan Sydney. Secara global, Shanghai berada di posisi ketiga setelah Paris dan London.

Sementara itu, kantor real estate Singapura merupakan yang terkuat di dunia dengan pertumbuhan volume lebih dari 175 persen dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh kekuatan pertumbuhan sewa dan penyerapan bersih. Volume transaksi di negara-kota tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, didukung oleh akuisisi Duo tower oleh Allianz dan Gaw Capital senilai US$1,15 miliar pada bulan Juli.

Sebagai penerima investasi antarnegara yang terbesar ketiga di Asia Pasifik, Sydney telah membukukan sejumlah transaksi berskala besar sepanjang tahun ini. Transaksi yang terbesar adalah akuisisi Blackstone senilai US$1,1 miliar dari portofolio aset kantor dari Scentre Group pada kuartal kedua. Pada kuartal ketiga, investasi asing ke Sydney datang terutama dari dana pensiun Kanada dan perusahaan grup Singapura. Sejauh ini, aliran modal antarnegara ke Sydney sebesar 88 persen lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebanyak US$3,5 miliar diinvestasikan oleh investor asing.

Pembeli dari Asia aktif di luar negeri

Pasar Asia Pasifik juga merupakan sumber modal terbesar untuk investasi antarnegara dalam sembilan bulan pertama tahun ini, dengan Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong masuk dalam daftar sepuluh besar pemberi modal.

"Investor Asia menyebar modal secara lebih luas terutama ke sejumlah pasar seperti Eropa di mana biaya utangnya rendah dan aset tersedia. Sementara, pasar di Jerman dan Perancis dipandang sebagai penerima manfaat pasca-Brexit," kata Stuart Crow.

"Pasar real estate Asia Pasifik kemungkinan akan tetap stabil karena investor terus mengalokasikan sejumlah besar modal pada sektor real estate komersial untuk mendapatkan keuntungan tanpa menghadapi risiko yang berlebihan," tutup Stuart Crow.

JLL memperkirakan investasi real estate komersial Asia Pasifik pada tahun ini akan tumbuh 13 persen dibanding tahun lalu, yang menunjukkan berlanjutnya pertumbuhan di kuartal keempat tahun 2019.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: