Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biar Jadi Negara Maju, Indonesia Wajib Punya Mesin . . .

Biar Jadi Negara Maju, Indonesia Wajib Punya Mesin . . . Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia menargetkan dapat menjadi negara maju di 2045. Artinya, pemerintah butuh 25 tahun untuk menyiapkan segalanya agar masuk menjadi negara maju. Salah satu ciri negara maju adalah negara tersebut masuk kategori negara dengan pendapatan yang tinggi. Namun, saat ini Indonesia masih masuk sebagai negara pendapatan kelas menengah.

Menanggapi hal itu, Kepala Ekonom PT Bank DBS Indonesia Masyita Crystallin menyatakan bahwa struktur ekonomi Indonesia sejak 15 tahun terakhir tidak berubah. Selama ini Indonesia selalu mengandalkan sektor komoditas dan konsumsi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, Indonesia memerlukan mesin ekonomi yang baru dengan pindah ke sektor yang bernilai tambah lebih tinggi seperti manufaktur dan layanan serta penciptaan lapangan kerja mengingat tambahan tiga juta tenaga kerja memasuki pasar kerja setiap tahun.

Baca Juga: RI Mau Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah? Begini Caranya

"Negara-negara yang berhasil lompat pertumbuhan ekonominya itu sektor manufakturnya tinggi dari pertumbuhan ekonominya, jadi mesin pertumbuhan kita harus di-upgrade," kata Masyita di Jakarta, kemarin malam (4/12/2019).

Memang, lanjut Masyita, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih resilient, tapi kalau mau tumbuh 6% Indonesia butuh mesin ekonomi yang baru. Adapun untuk menjadi negara maju, pertumbuhan ekonomi Indonesia dharapkan dapat stabil di angka 5-6%.

"Tidak hanya itu saja, Indonesia juga harus memiliki current account defisit (CAD) yang friendly untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%-6% di atas potensial sehingga dapat keluar dari Middle Income Trap," cetusnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: