Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nyamuk Harimau Asia Jadi Mimpi Buruk untuk Eropa

Nyamuk Harimau Asia Jadi Mimpi Buruk untuk Eropa Kredit Foto: (Foto: Shutterstock)
Warta Ekonomi, Brussels -

Nyamuk harimau Asia yang dapat menularkan lebih dari 20 virus fatal memberi banyak mimpi buruk pada negara-negara Eropa. Hal itu disampaikan Soeren Metelmann, seorang ahli dari universitas yang berbasis di Liverpool, Inggris.

"Untuk negara-negara seperti Italia, Prancis dan Spanyol, ini sudah merupakan skenario yang sangat buruk. Mereka tidak dapat menghilangkan nyamuk harimau Asia lagi, mereka hanya mencoba mengurangi jumlah nyamuk dan meminimalkan efek," ucapnya, seperti dilansir Anadolu Agency.

Baca Juga: Hindari DBD dengan Kenali Tempat Nyamuk Bersarang

"Nyamuk harimau Asia dapat menularkan lebih dari 20 virus berbeda, seperti demam berdarah, chikungunya, Zika, demam kuning, dan juga beberapa cacing filaria, seperti cacing jantung anjing," sambungnya.

Nyamuk jenis ini awalnya berkembang biak di iklim sub-tropis, seperti di China utara dan Jepang tengah, tetapi secara bertahap menyebar ke Amerika Utara dan Eropa menggunakan "mekanisme khusus".

"Spesies ini memiliki keuntungan, karena dapat bertelur khusus pada akhir tahun yang hanya bisa menunggu sampai musim dingin berakhir dan kemudian larva menetas ketika suhu lebih cocok di musim semi," paparnya.

Dia meramalkan bahwa krisis iklim yang menjulang, yang mengarah ke suhu yang lebih hangat, dapat memainkan peran dalam menyebarkan infeksi yang ditularkan oleh nyamuk tersebut.

"Pada suhu yang lebih hangat, ada lebih banyak nyamuk dan mereka menular jauh lebih cepat, yang mengarah ke kondisi sempurna untuk wabah. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa nyamuk ini telah menyebabkan dua wabah chikungunya dengan sekitar 300 dan 500 kasus di Italia, ditambah sejumlah kasus demam berdarah di Eropa selatan. Ada juga kasus Zika di Prancis tahun ini," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: