Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Bangun Politik Dinasti? PDIP: Politik Dinasti Itu Biasa

Jokowi Bangun Politik Dinasti? PDIP: Politik Dinasti Itu Biasa Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah langkah putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dan menantunya, Bobby Nasution, maju di Pilkada 2020, muncul anggapan bahwa hal itu melahirkan politik dinasti di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP, Bambang 'Pacul' Wuryanto mengatakan bahwa politik dinasti merupakan hal yang lazim ditemui di wilayah timur. 

Baca Juga: Daftarkan Diri Walkot Solo, Gibran Go Semarang, Bukan ke DPC Solo

"Kalau di wilayah dunia timur, yang seperti ini (politik dinasti) hal biasa. Bahwa dinasti atau tidak dinasti, kita di dunia timur punya power distance. Ada jarak dengan sebuah kekuasaan, itu biasa," kata Bambang di Kantor DPP PDIP Jakarta Pusat, Rabu (11/12/2019).

Menurut Bambang, keuntungan yang didapatkan oleh Gibran dan Bobby sebagai anak serta menantu presiden adalah sesuatu yang wajar. Namun, kinerja di lapangan dan keputusan-keputusan politik yang diambil nantinya akan menjadi pembuktian kepada publik.

"Legalitas bisa didapat tapi kompetensi harus ditunjukkan. Kalau tidak, bisa ditertawakan oleh publik," ujarnya.

Bambang lalu mencontohkan keuntungan yang juga didapatkan oleh Puan Maharani selaku puteri dari mantan presiden Megawati Soekarnoputri. Sebagai mantan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan kini telah menjabat sebagai Ketua DPR, Puan dianggap telah menunjukkan kompetensinya. Dia lalu menyebut kiprah politik Presiden Jokowi yang mulanya hanya menjabat sebagai Wali Kota Solo, kini menjadi presiden dua periode.

"Jadi, tidak usah bicara nepotisme. Semua punya hak yang sama. Kalau dilahirkan sebagai anak Pak Jokowi, beruntunglah dikau. Kalau dilahirkan putrinya Bu Mega, beruntunglah dikau," ujar Bambang.

Mengenai kualitas Gibran dan Bobby, Bambang mengungkapkan saat ini baru bisa diukur berdasarkan persepsi. Padahal, persepsi adalah suatu ukuran yang bisa menipu jika dibandingkan dengan keputusan politik yang tidak bisa menipu publik. 

"Pelaksanaan di lapangan tidak bisa menipu. Ya nanti kita ukur. Kalau hari ini ada yang meragukan Gibran, biasa. Tapi kan bisa diukur dari keputusan–keputusan. Ada tiga yang tidak bisa dilupakan. Karakter, kompetensi, integritas atau kapasitas. Dari tiga itu akan dilihat keputusan–keputusan lapangan," kata dia.

Seperti diketahui, Gibran dipastikan mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Solo. Sementara, Bobby sudah lebih dulu mendaftarkan diri maju sebagai calon Wali Kota Medan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: