Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemilu Sukses, Polri: Demokrasi RI Naik Kelas

Pemilu Sukses, Polri: Demokrasi RI Naik Kelas Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
Warta Ekonomi, Bogor -

Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 telah dilalui. Indonesia berhasil melewati ujian demokrasi yang kompleksitasnya tinggi.

Wakil Kepala Satgas Nusantara Polri, Irjen Pol Fadil Imran mengatakan, keberhasilan tersebut membuat Indonesia dihargai dunia. Hal itu cukup menjadi alasan kalau demokrasi di Indonesia naik kelas.

Kompleksitas Pemilu 2019 itu jelas terlihat, di mana pemilu digelar serentak dengan lima jenis surat suara. Ada sekira 800 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS), yang harus membuat proses penghitungan suara ada yang baru selesai hingga berhari-hari.

Ditambahkan Fadil, belum lagi tensi politik yang sangat tinggi hingga terjadinya polarisasi karena perbedaan calon presiden yang didukung.

"Namun, bangsa Indonesia berhasil melewatinya dengan baik sehingga terpilih pemimpin negeri yang legitimate. Yang menggembirakan, kedua calon presiden berupaya keras menghapus polarisasi dengan melakukan rekonsiliasi dan terbukti efektif mendinginkan suhu politik," kata Fadil, Jumat (13/12/2019).

Baca Juga: LIPI Sarankan Pemilu Serentak Dipisahkan

Di acara Latihan Kepemimpinan Bangsa angkatan ke-6 yang digelar DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) di Bogor, Fadil membandingkan situasi demokrasi di Tanah Air dengan negara lain, seperti Venezuela, Bolivia, hingga Hong Kong. Bahkan, di Hong Kong situasi politiknya masih belum terkendali.

"Jadi, negara kita ini luar biasa hebat dalam menerapkan demokrasi. Itulah kenapa saya sering bilang demokrasi kita sudah naik kelas dan dihargai dunia," ujarnya.

Fadil menegaskan, generasi muda agar mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045 dengan mengembangkan kualitas diri. Pada 2045, Indonesia diprediksi bakal menjadi negara yang diperhitungkan.

"Kalau demokrasi kita sehat, social engineering kuat, dan hukum juga kuat, maka kita juga akan menjadi negara kuat," tuturnya.

Kalangan generasi muda, seperti mahasiswa mesti berkontribusi untuk mewujudkan demokrasi yang sehat, utamanya dalam menyampaikan aspirasi. Diakuinya, demonstrasi sesuatu yang lumrah, tapi baiknya dilakukan dengan cara yang elegan dan memperkuat data dalam mengkritik.

"Jadi, adik-adik harus menjadi contoh bagi generasi muda lainnya dengan demo secara tertib. Jadi, jangan anggap polisi itu sebagai lawan apalagi musuh, bangunlah komunikasi yang baik," tutur Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial dan Budaya itu.

Fadil menawarkan pendekatan saling menghargai atau mutual respect antara polisi dan mahasiswa. Baik polisi maupun mahasiswa itu sama-sama aset bangsa, jadi jangan saling memusuhi.

"Ini juga sering saya sampaikan terhadap anggota Polri. Mudah-mudahan melalui forum PGK ini terbentuk tim kecil relasi polisi-mahasiswa yang menjadi amal ibadah bagi kita semua," ujarnya.

Sementara Ketua Umum DPP PGK Bursah Zarnubi, generasi muda harus memperkuat literasi dengan membaca buku. Bila di setiap desa ada satu perpustakan dan generasi mudanya gemar membaca, maka akan terjadi lompatan kemajuan peradaban bangsa, karena buku adalah jendela dunia.

"Buku itu membuka jendela dunia, kalau tidak baca buku, maka akan gelap melihat dunia. Jadi, bacalah buku minimal 8 jam sehari. Kalau itu dilakukan 20 tahun lagi Anda akan jadi orang hebat," katanya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: