Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kecam Surat yang Dikirimkan Trump, Ketua DPR AS: Itu Konyol

Kecam Surat yang Dikirimkan Trump, Ketua DPR AS: Itu Konyol Kredit Foto: Reuters/Carlo Allegri
Warta Ekonomi, Washington -

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, mengecam surat yang dikirimkan Presiden AS, Donald Trump yang mendesaknya untuk menghentikan proses pemakzulan. Pelosi menggambarkan konten surat itu sebagai konyol dan benar-benar sakit.

Pelosi mengatakan bahwa ia belum mendapat kesempatan untuk sepenuhnya membaca surat Trump. Di mana, dalam suratnya Trump menuduh Partai Demokrat melancarkan penyalahgunaan kekuasaan yang tidak konstitusional dengan bergerak maju dalam pemungutan suara pemakzulan.

"Ini konyol, maksud saya, saya belum benar-benar membacanya, kami sudah bekerja. Saya telah melihat esensi dari itu dan itu benar-benar sakit," kata Pelosi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir PressTV pada Rabu (18/12/2019).

Baca Juga: Marah-marah, Trump Luapkan Kemarahannya pada Ketua DPR AS

Dalam surat enam halaman itu, Trump menyatakan dirinya sejak awal telah dihapus dari proses pemakzulan yang disebut sebagai penipuan dan menyangkal hak-hak paling mendasar yang diberikan oleh Konstitusi, termasuk hak untuk memberikan bukti.

"Proses yang lebih adil diberikan kepada mereka yang dituduh dalam Persidangan Penyihir Salem," tulis Trump.

Trump sendiri sebenarnya diundang secara terbuka oleh Komite Kehakiman DPR AS untuk memberikan bukti dalam proses pemakzulan, yang juga memungkinkan tim hukumnya untuk menanyai para saksi, tetapi ia menolak. Trump akan menghadapi pemungutan suara pada Rabu waktu setempat atas tuduhan ia menekan Ukraina untuk keuntungan pribadi.

Ia menghadapai dua tuduhan pemakzulan yaitu menghalangi penyelidikan Kongres dengan menolak untuk bekerja sama dengan penyelidikan pemakzulan, melarang staf bersaksi, dan menahan bukti-bukti. Tuduhan lain adalah berusaha menggunakan kekuasaannya untuk menekan Ukraina menyelidiki saingan politiknya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: