Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Buntung, Rupiah Cuma Sedikit Beruntung!

Dolar AS Buntung, Rupiah Cuma Sedikit Beruntung! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Detik-detik pergantian tahun dari 2019 ke 2020 agaknya menjadi momen kritis bagi aset safe haven, dolar AS. Bagaimana tidak, didukung oleh sentimen damai dagang yang semakin positif, pelaku pasar kian berani untuk mengambil risiko dan membuang dolar AS jauh-jauh.

Alhasil, mata uang Paman Sam itu bernasib buntung alias terkoreksi di hampir semua mata uang dunia, kecuali di hadapan dolar Hong Kong. Pagi menjelang siang ini, dolar AS tertekan di hadapan dolar Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc. Pasukan mata yang Asia juga turut memborbardir dolar AS, seperti yuan, yen, won, dolar Singapura, baht, dolar Taiwan, dan rupiah

Baca Juga: Akhir Tahun dan Damai Dagang AS-China: Perpaduan yang Pas untuk Global Berpesta!

Kala pembukaan pasar spot, rupiah stagnan pada level Rp13.950 per dolar AS. Adapun hingga pukul 10.27 WIB, rupiah menjadi terapresiasi sebesar 0,14% ke level Rp13.930 per dolar AS. Benar memang bahwa rupiah menguat terhadap dolar AS, namun nasib rupiah sebenarnya tak jauh berbeda dengan dolar AS. 

Baca Juga: Nice! Rupiah Menggertak, Dolar AS Luluh Lantak!

Rupiah pun saat ini tertekan di hadapan mata uang dunia, seperti dolar Australia (-0,09%), euro (-0,15%), dan poundsterling (-0,18%). Mata uang Garuda itu hanya sedikit beruntung karena bukan menjadi mata uang terlemah di Asia, melainkan berada di urutan keempat terbawah di Asia setelah baht (0,24%), dolar Hong Kong (0,17%), dan dolar Taiwan (0,06%).

Adapun di hadapan mata uang Asia lainnya, rupiah terkoreksi, seperti di hadapan yen (-0,18%), won (-0,17%), yuan (-0,15%), ringgit (-0,06%), dan dolar Singapura (-0,06%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: