Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Humbahas, Kementan: Virus ASF Tidak Tulari Manusia, Daging Babi Bisa Dikonsumsi

Di Humbahas, Kementan: Virus ASF Tidak Tulari Manusia, Daging Babi Bisa Dikonsumsi Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) mengampanyekan virus wabah penyakit demam babi Afrika (African Swine Fever/ ASF) tidak menular dari ternak babi ke manusia di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Senin (30/12/2019).

Kampanye ini dipimpin Inspektur Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan bersama jajaran pejabat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan hadir Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor. Justan menegaskan, wabah virus ASF yang menulari ternak babi bukan penyakit zoonosis. Dengan demikian, daging babi aman dan sehat untuk dikonsumsi. 

Baca Juga: Sambut 2020, Kementan Siap Wujudkan Pertanian yang Maju, Mandiri, dan Modern

"Zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Namun, ASF bukan termasuk penyakit tersebut," kata Justan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/12/2019).

Pernyataan tersebut disampaikan Justan dalam kegiatan yang bertema 'Kampanye Makan Daging Babi yang Aman dan Sehat'. Ia juga menjelaskan, virus ini muncul pertama kali di Afrika tahun 1921 sehingga disebut demam penyakit babi Afrika. Virus ini masuk ke Indonesia baru tahun 2019, tetapi hingga saat ini belum diketahui asal penyebarannya.

"Hingga saat ini kemungkinan penyebaran virus ASF dari makanan sisa yang diberikan ke ternak yang berasal dari negara luar," terangnya.

Berangkat dari hal ini, Justan meminta masyarakat agar berpartisipasi aktif untuk menyosialisasikan kepada masyarakat luas agar tidak takut mengonsumsi daging babi. Apalagi, ternak babi merupakan salah satu penopang perekonomian di Kabupaten Humbahas.

"Saya sendiri makan daging babi 2 hari lalu, kemarin juga baru makan dan hari ini kita akan bersama-sama konsumsi daging ini. Kalo bukan kita siapa lagi," tutur Justan.

Di tempat yang sama, Yuni Yupiana salah seorang Medik Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menerangkan bahwa Virus ASF memiliki ukuran sangat kecil dan penyebarannya bisa melalui kontak langsung dengan ternak babi atau melalui makanan sisa yang terkontaminasi. Bahkan, melalui perantara yang secara tidak disadari bahwa virus tersebut sudah menempel.

"Bisa melalui peralatan kandang tempat virus ini sudah menempel. Namun, tidak dibersihkan. Kendaraan juga bisa bahkan manusia dapat membawa penyebaran virus," jelasnya.

Yuni menyebutkan salah satu contoh dari penyebaran melalui manusia, yakni jika seorang peternak pergi ke wilayah yang sudah terjangkit virus ASF. Selanjutnya, peternak tersebut pergi ke wilayah yang belum terjangkit virus ASF tanpa melakukan pembersihan terlebih dahulu, maka wilayah yang belum terinfeksi bisa ikut terjangkit.

"Jadi, untuk peternak hewan babi jika mau ke peternakannya, upayakan menggunakan peralatan khusus di peternakannya sehingga lebih terjamin kebersihannya," tuturnya.

Lebih lanjut, Yuni mengungkapkan makanan yang terkontaminasi virus juga penyebab penyebaran virus yang paling utama. Karena itu, sebaiknya ternak babi untuk tidak diberikan makanan sisa apalagi makanan tersebut berasal dari negara luar.

"Namun jika memang tidak ada pilihan yang lain karena alasan kurang dana mungkin sehingga harus memberikan makanan sisa, makanan tersebut harus dimasak hingga mendidih terlebih dahulu baru diberikan ke ternak," bebernya.

Yuni juga menjabarkan tentang biosecurity yang dapat dilakukan untuk mencegah masuk dan menyebarannya virus ASF. Di antaranya yakni menjaga sanitasi kandang dengan membersihkan secara rutin dengan sabun dan desinfektan, tidak melepas ternak babi secara liar, juga mengendalikan lalu lintas ternak antardaerah dengan mengaktifkan Pos lintas ternak.

"Dan terakhir, masyarakat harus aktif untuk melaporkan segera ke petugas keswan setempat jika ada tanda-tanda yang tidak biasa pada hewan ternaknya," pungkas Yuni.

Perlu diketahui, Kampanye Makan Daging Babi yang Aman dan Sehat ini dihadiri 600 lebih masyarakat. Mereka terdiri dari pemerintah daerah, Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh adat, dan peternak babi se-Kabupaten Humbahas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: