Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Merawat Paru-Paru di Lipatan Jakarta

Merawat Paru-Paru di Lipatan Jakarta Kredit Foto: Taufan Sukma

Bank Sampah

Untuk mengatasi masalah kebersihan, Sudaryatmo rupanya punya cara unik. Tak hanya mengandalkan imbauan yang sifatnya normatif, Sudaryatmo pun menggerakkan para pemuda di kawasannya lewat Karang Taruna yang salah satu tugasnya adalah mengelola Bank Sampah. Diakuinya bahwa Bank Sampah merupakan program dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dapat menanggulangi masalah sampah di Ibu Kota.

“Tapi meski program Pemprov, nggak semua Kelurahan, nggak semua RW bisa jalankan karena tidak ada orang untuk mengurusnya. Di kami, tugas itu saya berikan ke Karang Taruna, ke anak-anak muda agar mereka punya kegiatan positif, nggak hanya nongkrong nggak jelas apa yang mau dikerjakan,” ungkap Sudaryatmo.

Dan benar saja, Bank Sampah RW01 secara perlahan menjadi salah satu bank sampah yang cukup aktif dan terkelola dengan baik diantara bank-bank sampah lain di lingkung Kelurahan Pela Mampang. Herman, sang Kepala Karang Taruna bahkan berani mengklaim bahwa nasabah bank sampahnya kini tidak hanya datang dari RW01 saja, melainkan juga dari RW-RW lain di sekitarnya. Hal itu terjadi karena si nasabah tertarik dengan program bank sampah yang ada di RW01, sedangkan di RWnya sendiri program bank sampah tidak berjalan.

“Dulu agak susah juga mengajak warga untuk mau memilah sampahnya sejak dari rumah. Tapi karena terbukti bisa jadi duit, lama-lama tertarik juga. Banyak yang dulu antipati justru sekarang semangat karena sampah plastik yang dulu dibuang kini bisa dijual dan menghasilkan uang,” ujar Herman.

Jika para pemuda diberdayakan lewat wadah Karang Taruna, para ibu rumah tangga dan pemuda putri ‘disentuh’ Sudaryatmo dengan program Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) yang membuka bisnis catering dengan bahan baku sebagian dihasilkan dari beragam tanaman yang ditanam bersama di secuil lahan yang diwaqafkan dari salah seorang warga.

“Ada sekitar 200an meter lahan tidur, belum terpakai oleh yang punya lahan. Saya ijin saja untuk dipakai penghijauan. Dan alhamdulillah hasilnya seperti ubi, singkong, ketela, bisa kita pakai untuk bahan baku catering. Memang belum semuanya. Sebagian besar kami masih beli di pasar karena memang terhambat ketersediaan lahan,” keluh Sudaryatmo.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: