Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Intiland Curhat Seretnya Jualan Properti di Tahun Politik

Intiland Curhat Seretnya Jualan Properti di Tahun Politik Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) pada kuartal keempat 2019, berhasil menjual inventori lahan yang masuk kategori non-core seluas total sekitar 40 hektar senilai Rp460 miliar. 

 

"Jumlah tersebut berasal dari penjualan dua bidang lahan di kawasan Surabaya Timur serta sebidang lahan dan bangunan di kawasan Surabaya Barat. Perseroan mencatatkan hasil penjualan pemasaran (marketing sales) pada periode tersebut sekitar Rp700 miliar," kata Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Senin (6/1/2020). 

 

Baca Juga: Jual Anak Usaha, Intiland Sehat?

 

Ia menjelaskan pada kuartal keempat 2019, perseroan juga menempuh sejumlah langkah strategis sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kinerja usaha. Perseroan pada 3 Desember 2019 melakukan penjualan saham dan piutang pada anak perusahaan yang bergerak di bidang rumah sakit senilai Rp636 miliar. 

 

“Kami akan gunakan dana hasil penjualan saham tersebut untuk pembayaran hutang. Sisanya akan digunakan untuk keperluan operasional dan modal perseroan,” ujarnya lebih lanjut. 

 

Selain itu, Perseroan berhasil mempertahankan pencapaian pendapatan berkelanjutan (recurring income) secara stabil. Perseroan memperkirakan mampu membukukan recurring income sebesar Rp600 miliar di tahun 2019. 

 

Baca Juga: Marketing Sales Intiland Baru Capai 34,5% dari Target

 

Dengan kinerja penjualan dan langkah strategis tersebut, keuntungan bersih perseroan diproyeksikan akan meningkat lebih dari 20% untuk tahun buku 2019 dan hutang perseroan akan turun sekitar Rp300 miliar dibandingkan kuartal ketiga 2019. 

 

“Secara umum pasar properti tahun 2019 belum menggembirakan. Pasar properti masih lemah dan sikap konsumen masih cenderung wait and see, khususnya untuk pembelian produk-produk high rise yang menyasar konsumen menengah ke atas,”pungkasnya. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: