Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serangan Iran Picu Risiko Perang, Pasar Keuangan Bergejolak

Serangan Iran Picu Risiko Perang, Pasar Keuangan Bergejolak Kredit Foto: Reuters/Staff/File Photo
Warta Ekonomi, Shanghai, China -

Pasar keuangan bergejolak setelah Iran menembakkan rudal ke pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak. Bursa saham Asia dan obligasi AS melemah serta harga minyak menguat karena investor khawatir terjadi konflik lebih luas di Timur Tengah.

Serangan rudal Iran di pangkalan udara Ain Al-Asad dan Erbil, Irak, itu dilakukan beberapa jam setelah pemakaman komandan Iran yang dibunuh AS menggunakan drone di Irak. Laporan serangan itu memicu kekhawatiran tentang bagaimana AS akan meresponsnya. Hingga siang, bursa saham Asia terus melemah, yen stabil dan obligasi AS menahan pergerakan saat para investor memantau perkembangan situasi.

"Kami bergerak berlebihan tapi itu tentu perubahan permainan. Pasar benci ketidakpastian. Ini pepatah lama tapi jelas benar dalam situasi sekarang. Pasar dapat membayar risiko tapi mereka tak dapat membayar ketidakpastian," kata James McGlew, direktur eksekutif broker saham korporat di Argonaut, Perth, Australia.

Baca Juga: Bahaya, Maskapai Dunia Jauhi Wilayah Udara Iran dan Irak

Indeks saham Asia Pasifik selain Jepang, turun 0,5% sekitar 04.45 GMT, telah turun lebih dari 1% dari hari sebleumnya. Indeks blue-chip China, CSI300 melemah 0,48%. Nikkei Jepang turun 1,29%, sementara bursa saham Australia turun lebih dari 1%.

Rob Carnell, kepala ekonom Asia Pasifik di ING, Singapura menyatakan kemungkinan eskalasi ketegangan antara AS dan Iran masih dapat memperpanjang reaksi negatif pasar.

"Jika Anda melihat bursa AS bergerak pagi ini, mereka diperkirakan bergerak lebih jauh jika ada respons keras dari AS, yang saya bayangkan akan terjadi, dari perspektif pasar saya pikir ini dapat lari dan lari," papar Carnell.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah Brent naik di atas USD70 per barel, level tertinggi sejak pertengahan September di awal beberapa jam setelah serangan Iran. Para pakar menyatakan eskalasi ketegangan Timur Tengah akan terus membuat pasar bergejolak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: