Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupanya Ini Rahasia Otak Manusia Awet Selama Ribuan Tahun

Rupanya Ini Rahasia Otak Manusia Awet Selama Ribuan Tahun Kredit Foto: CNN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada 2008 lalu, para peneliti dari York Archaeological Trust menggali situs zaman besi Heslington. Dalam prosesnya, mereka menemukan tengkorak lelaki yang tertelungkup di lubang tanah.

Kerangka berusia 2.600 tahun itu diperkirakan menjadi yang tertua di Inggris. Mereka beranggapan, kerangka tersebut adalah milik lelaki yang meninggal karena kepalanya dipukul lalu dipenggal.

Para peneliti yang awalnya menganggap benda di dalam tengkorak adalah kotoran, mengaku terkejut ketika ditemukan fakta bahwa itu adalah otak yang masih berbentuk.

Baca Juga: Di Panti Jompo Inggris, Ditemukan Sisa Kerangka Manusia Abad ke-7 tapi Warga Meragukan karena...

"Aku mengintip melalui lubang di dasar tengkorak untuk menyelidikinya, dan yang membuatku terkejut, ketika melihat sejumlah bahan kenyal kuning cerah. Itu tidak seperti apa pun yang pernah kulihat sebelumnya," kata Rachel Cubitt, dari Departemen Temuan seperti dilansir CNN, Kamis (9/1/2020).

Mereka mengkonfirmasi bahwa otak tersebut masih terawat sangat baik. Terlepas dari usia tengkorak yang diperkirakan berasal dari awal zaman besi atau pada 482 hingga 673 SM.

Berdasarkan informasi, lipatan di otak dan massanya juga masih utuh dengan warna coklat kekuningan. Dalam penelitian lainnya, waktu, menjadi faktor yang bisa merusak jaringan lunak, tak terkecuali otak, rambut dan kulit. Hal tersebut dikarenakan proses pemecahan yang cepat dan dikenal sebagai autolisis.

Baca Juga: Lewat Kuburan Kuno, Arkeolog Ungkap Kebiasaan Penguburan Orang Inggris Sebelum Invasi Romawi

Akan tetapi, dalam studi terbaru dari Heslington, mengungkapkan mengapa otak bisa bertahan dalam waktu yang lama tanpa sengaja dipertahankan.

"Pelestarian protein otak manusia pada suhu sekitar seharusnya tidak mungkin terjadi selama ribuan tahun di alam bebas. Namun, yang ini bertahan,” catat para penulis dalam penelitian tersebut.

Menyadarinya, Dr. Axel Petzold, dari Queen Square Institute of Neurology, University College London, yang memimpin penelitian itu juga tak menampiknya.

Namun demikian, selama studi yang dilakukan, Petzol dan rekannya menyadari bahwa kedua filamen yang masih utuh dan berada di otak sekian lama, membuat kesimpulan bahwa protein mendukung pelestariannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: