Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden Iran: AS Penyebab Ketegangan di Timur Tengah

Presiden Iran: AS Penyebab Ketegangan di Timur Tengah Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Teheran -

Presiden Iran Hassan Rouhani menyalahkan kehadiran militer Amerika Serikat (AS) sebagai penyebab ketegangan di regional Timur Tengah. Rouhani mengatakan, tindakan AS yang membunuh kepala militer Iran, Qassem Soleimani telah memicu kemarahan negara-negara di kawasan tersebut.

"Kehadiran militer AS di kawasan itu dan pembunuhan Jenderal Soleimani telah menyebabkan ketegangan di kawasan itu dan membuat marah negara-negara," ujar Rouhani, dilansir Anadolu Agency, Senin (13/1).

Baca Juga: PM Jepang: Konfrontasi Militer dengan Iran Ancam Perdamaian dan Stabilitas Global

Rouhani mengatakan, masalah di kawasan regional harus diselesaikan oleh negara-negara di wilayah tersebut melalui cara-cara politik dan dialog. Selain itu, dia menyerukan agar kedaulatan setiap negara harus dihormati.

"Kita semua harus bergandengan tangan dan memulihkan keamanan di wilayah ini dan memungkinkan perdamaian terjadi di wilayah ini," kata Rouhani.

Ketegangan di kawasan regional melonjak setelah AS membunuh Soleimani dalam serangan drone di luar bandara Baghdad pada awal bulan ini. Iran kemudian membalas serangan dengan menembakkan rudal balistik ke pangkalan militer AS di Irak. Rouhani mengatakan, serangan rudal tersebut legal berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB sebagai upaya pertahanan Iran.

"Serangan itu sepenuhnya sah berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB untuk pertahanan Iran," ujar Rouhani.

Sebelumnya, Rouhani telah meminta maaf kepada Ukraina karena militer Iran tidak sengaja menembakkan rudal ke pesawat Ukraina International Airlines. Tragedi tersebut telah menewaskan 176 penumpang serta awak pesawat.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: