Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Boleh Buat, Masa Keemasan Rupiah Harus Tamat!

Apa Boleh Buat, Masa Keemasan Rupiah Harus Tamat! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masa-masa keemasan bagi nilai tukar rupiah harus sirna dalam sekejap. Jika beberapa hari lalu rupiah 'unjuk gigi' sebagai mata uang terbaik di Asia dan bahkan dunia, kali ini justru sebaliknya. Rupiah berada di klasemen bahwa dan bergerak dengan kecenderungan tertekan di hadapan mata uang global.

Puncak kesepakatan dagang yang akan berlangsung pada pekan ini mampu membuat rupiah terapresiasi hingga 1,37% dalam sepekan atau setara dengan apresiasi 2,18% dalam sebulan terakhir. Hal itu jelas sangat menggiurkan bagi investor untuk segera menarik keuntungan dengan menjual rupiah dengan harga tinggi.

Baca Juga: Ada Gonjang-Ganjing Jiwasraya dan Asabri, Perusahaan Dato' Sri Tahir Batal Akuisisi Anak Usaha MYRX?

Baca Juga: Dolar AS Balik Melawan, Rupiah Bergerak Rawan!

Akibatnya, rupiah tak punya kekuatan lebih untuk menghindar dari tekanan jual dan kini harus berbalik melemah di hadapan dolar AS dan kawan-kawan. Hingga pukul 15.55 WIB, rupiah terkoreksi -0,12% ke level Rp13.684 per dolar AS.

Beberapa menit sebelumnya, rupiah bahkan jatuh hingga ke level Rp13.688 per dolar AS. Pasukan mata uang dunia juga turut menekan rupiah, seperti halnya dolar Australia (-0,08%), euro (-0,17%), dan poundsterling (-0,01%).

Baca Juga: AS Cabut Tuduhan China sebagai Manipulator Mata Uang, Mark Sobel: Seharusnya. . . .

Hal serupa pun terjadi di lingkungan Asia, di mana saat ini sang Garuda menyandang status sebagai mata uang terlemah kelima di Benua Kuning setelah won (0,35%), ringgit (0,24%), baht (0,04%), dan dolar Singapura (0,01%). Rupiah mengalami tekanan terhadap dolar Taiwan (-0,26%), yuan (-0,20%), yen (-0,07%), dan dolar Hong Kong (-0,06%).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: