Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Selat Hormuz Terganggu, Bagaimana Pasar Minyak Dunia?

Selat Hormuz Terganggu, Bagaimana Pasar Minyak Dunia? Kredit Foto: Reuters/Raheb Homavandi/File Photo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan adanya gangguan di Selat Hormuz, rute pengiriman utama di kawasan Teluk. Gangguan ini juga akan berdampak pada pasar minyak global.

Kepada CNBC, analis Dave Ernsberger dari S&P Global mengatakan bahwa gangguan apa pun terhadap Selat Hormuz, titik sempit paling vital di Timur Tengah, dapat menjadi peristiwa black swan terbesar di pasar minyak dunia. Selat Hormuz adalah chokepoint atau titik sempit minyak paling penting di dunia, pintu gerbang bagi hampir sepertiga dari seluruh minyak mentah dan produk minyak bumi yang dibawa kapal-kapal tanker.

Baca Juga: Saudi Segera Lindungi Fasilitas Minyak Setelah Serangan di Irak

Selat Hormuz memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab (UEA). Letaknya di antara Teluk Oman dan Teluk Persia. Pada titik tersempit, lebar Selat Hormuz hanya mencapai 54 km. Selat ini satu-satunya jalur untuk mengirim minyak keluar dari Teluk Persia.

Menurut Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, pada 2018 terdapat sekitar 21 juta barel minyak diangkut setiap hari melalui jalur air.

"Jika kita melihat suhu politik berubah dan ada yang mulai mengganggu lalu lintas ini, akan menjadi semacam peristiwa yang membuat pasar panik, kondisi yang belum pernah kita lihat selama 10 atau 15 tahun," ungkap Ernsberger, dikutip RT, Minggu (12/1/2020).

Ketika ditanya apa yang akan menjadi peristiwa black swan terbesar untuk pasar minyak, analis ini mengatakan, "Tanpa ragu, ada satu hal yang ada di pikiran semua orang." Peristiwa black swan mengacu pada kejadian langka dan tak terduga yang memiliki konsekuensi cukup parah untuk pasar keuangan.

"Peristiwa ini muncul dalam gambaran minggu ini. Semua orang tahu Selat Hormuz itu chokepoint yang rentan, titik rentan yang dalam kondisi politik semacam ini benar-benar dapat berperan," katanya.

Hal sama diungkapkan analis investasi di Tribeca Investment Partners, James Eginton. Ia mengatakan, para pelaku pasar energi makin khawatir konflik AS-Iran berdampak pada pasokan minyak mentah regional.

Menurutnya, langkah Iran untuk mematikan sepenuhnya pasokan minyak mentah di Selat Hormuz akan membuat harga minyak mentah melambung.

"Jika Iran memblokir Selat Hormuz, pengiriman minyak akan meningkat hingga US$100 per barel. Selama beberapa hari ke depan, jika Iran mulai berusaha memblokir Selat Hormuz, harga minyak akan jauh lebih tinggi,” kata Eginton.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: