Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Terjebak Iming-iming Harga Murah Impor Gas, Jangan! Bahaya!

Jangan Terjebak Iming-iming Harga Murah Impor Gas, Jangan! Bahaya! Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PKS menolak rencana pemerintah melakukan impor gas untuk menekan harga jual ke kalangan industri. Menurut Wakil Ketua FPKS DPR RI, Mulyanto, impor bukan solusi tepat untuk mengatasi harga jual gas yang dinilai masih tinggi.

Pemerintah, kata Mulyanto, jangan terjebak oleh permainan spekulan impor yang mengiming-imingi harga murah di awal, tapi justru akan merusak tata kelola gas dalam negeri.

"Untuk jangka pendek opsi impor mungkin terkesan menarik karena pihak produsen menjanjikan harga lebih murah. Tapi kita tidak bisa jamin harga ini bisa berlaku untuk jangka waktu yang lama," tegas Mulyanto.

Baca Juga: Berkongsi dengan Ahok, Moeldoko: Gak Perlu Presiden, Mafia Migas Biar Saya yang Gigit!

Daripada mengimpor gas, kata Mulyanto, sebaiknya pemerintah melakukan efisiensi produksi dan transportasi. Sejauh ini tingginya harga gas ke kalangan industri justru disebabkan oleh tingginya harga produksi di hulu dan transportasi.

"Pemerintah jangan hanya mencari manfaat jangka pendek. Kalau impor gas dilakukan bukan tidak mungkin justru akan mengganggu keberadaan kilang-kilang gas yang berproduksi selama ini," ujar Mulyanto.

Selain efisiensi, Mulyanto juga mendesak pemerintah untuk menambah kuota Domestic Market Obligation (DMO). Hal ini perlu untuk menjamin ketersediaan gas bagi kalangan industri dan masyarakat. Apalagi paradigma kebijakan energi kita kan menjadikan gas bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi gas sebagai sumber daya untuk mendorong pembangunan.

Baca Juga: Indonesia Mau Impor LNG, Apa Ini Mainan Baru Mafia Migas?

"Kita dukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan DMO gas untuk menurunkan harga jual gas. Tapi kalau impor, kita akan tolak," tegas Anggota Komisi VII, DPR RI ini.

Menurut Mulyanto, saat ini saja defisit neraca berjalan Indonesia sudah besar akibat impor minyak olahan, yang berkontribusi mencapai 30% dari total defisit transaksi berjalan. Angka ini dipastikan akan naik jika ditambah adanya impor gas.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: