Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagai Pisau Bermata Dua: Deal Dagang Bikin Dolar AS Sumringah dan Rupiah Berdarah!

Bagai Pisau Bermata Dua: Deal Dagang Bikin Dolar AS Sumringah dan Rupiah Berdarah! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perjanjian dagang tahap I antara AS dan China yang akan dirilis pada hari ini, Rabu (15/01/2020) menjelma sebagai pisau bermata dua, yakni baik bagi dolar AS dan celaka bagi rupiah. Bagaimana tidak, sejak pembukaan pasar spot pagi tadi, dolar AS perkasa di hadapan mayoritas mata uang dunia, seperti dolar Australia, dolar New Zealand, dolar Kanada, yuan, dolar Hong Kong, won, baht, dolar Singapura, dan rupiah. 

Baca Juga: Apa Boleh Buat, Masa Keemasan Rupiah Harus Tamat!

Berbanding terbalik dengan dolar AS, nilai tukar rupiah justru mendapat celaka lantaran digempur dari segala penjuru dan menjadi mata uang terlemah di antara mata uang-mata uang utama di Asia dan dunia. Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah terkoreksi -0,04% ke level Rp13.670 per dolar AS.

Baca Juga: H-2 Kopi Darat Trump-Xi Jinping, Steven Mnuchin: Deal Dagang Aman!

Koreksi tersebut terus bertambah secara signifikan karena rupiah juga terkena sentimen teknikal, di mana sang Garuda telah menguat 1,28% dalam sepekan terakhir sehingga rawan terkena tekanan jual. Hingga pukul 10.10 WIB, depresiasi rupiah menebal jadi -0,33% ke level Rp13.715 per dolar AS. Rupiah juga keok di hadapan dolar Australia (-0,23%), euro (-0,35%), dan poundsterling (-0,38%).

Di panggung Benua Kuning, rupiah pun tak mampu berbuat banyak. Sebagai mata uang paling lemah di Asia, rupiah pasar digempur oleh dolar Taiwan (-0,39%), yen (-0,35%), won (-0,34%), dolar Hong Kong (-0,28%), dolar Singapura (-0,22%), baht (-0,15%), ringgit (-0,09%), dan yuan (-0,05%). 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: