Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PM Inggris Usulkan 'Kesepakatan Trump' Ganti Pakta Nuklir Iran, Trump: Saya Setuju!

PM Inggris Usulkan 'Kesepakatan Trump' Ganti Pakta Nuklir Iran, Trump: Saya Setuju! Kredit Foto: Reuters/Carlo Allegri
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengaku setuju dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson bahwa kesepakatan nuklir Iran harus diganti dengan kesepakatan Trump. Kesepakatan Trump adalah kesepakatan nuklir baru versi AS untuk memastikan Teheran tidak mendapatkan senjata nuklir.

"Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyatakan bahwa kita harus mengganti kesepakatan Iran dengan kesepakatan Trump. Saya setuju!" kata Trump, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (15/1/2020).

Baca Juga: PM Inggris: Ganti Pakta Nuklir 2015 dengan Kesepakatan ala Trump

Kemarin, Johnson mengatakan, Trump adalah perancang yang hebat, dengan perhitungannya sendiri. "Mari kita bekerja sama untuk menggantikan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), nama resmi kesepakatan nuklir, dan mendapatkan kesepakatan Trump sebagai gantinya," ucap Johnson.

Berdasarkan kesepakatan yang ditengahi pada tahun 2015, Iran setuju dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris dan AS, untuk membatasi program nuklirnya.

Namun pada 2018, Trump menarik diri dari kesepakatan itu. Kekuatan-kekuatan Eropa telah berulang kali mengatakan mereka masih mendukung kesepakatan itu meskipun Teheran mengumumkan awal bulan ini bahwa mereka akan meninggalkan batasan untuk memperkaya uranium, sebuah pukulan lebih lanjut atas kesepakatan itu.

"Jika Anda menyingkirkan kesepakatan nuklir ini, JCPOA, itulah yang diinginkan Trump. Maksud saya kepada teman-teman Amerika kami adalah, lihat, entah bagaimana Anda harus menghentikan orang Iran memperoleh senjata nuklir. Dari sudut pandang Amerika, itu adalah perjanjian yang cacat, itu berakhir, ditambah itu dinegosiasikan oleh Presiden (Barack) Obama. Dari sudut pandang mereka, ada banyak, banyak kesalahan,” terang Johnson.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: