Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahun Lalu Berkabung, Tahun Ini Pasar Modal Bakal Melesat?

Tahun Lalu Berkabung, Tahun Ini Pasar Modal Bakal Melesat? Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar saham dipercaya masih akan tumbuh positif.  Setelah kinerja tahun 2018 dan 2019 yang mengecewakan, pasar saham mulai menunjukkan outlook yang lebih positif. 

 

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengungkapkan jika perubahan terutama terjadi dari sisi pasar global dengan tensi dagang Amerika Serikat – China yang mereda dan juga ekspektasi membaiknya aktivitas perdagangan global. 

 

“Iklim pasar yang lebih positif ini dapat memberi dampak positif bagi kinerja pasar saham Indonesia. Selain itu dari sisi domestik, pasar juga memperkirakan pertumbuhan earnings emiten yang lebih baik tahun ini di kisaran 10-12%, lebih baik dari 3-5% di 2019,” katanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (17/1/2020).

 

Baca Juga: IHSG Masih Akan Perkasa, Ini Saham yang Bisa Jadi Pilihan

Baca Juga: Waspadalah...Waspadalah! BEI Beberkan Puluhan Saham Gorengan di Pasar Modal

 

Ia memandang bila iklim politik domestik juga sudah lebih kondusif setelah periode Pemilu dan pembentukan kabinet selesai. “Rencana reformasi kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan pemerintah untuk menarik investasi asing dapat menjadi faktor katalis yang mengangkat daya tarik pasar saham Indonesia,” ujarnya. 

 

Sementara itu, pada tahun 2019 merupakan periode yang suportif bagi pasar obligasi didukung oleh tren penurunan suku bunga dan tingkat inflasi yang rendah. 

 

Menurutnya, iklim yang suportif ini masih akan berlanjut di 2020. Suku bunga BI diperkirakan tetap akomodatif, inflasi terkendali dan nilai tukar Rupiah terjaga. Selain itu kondisi pasar obligasi dunia juga suportif bagi pasar obligasi Indonesia. “Saat ini sekitar USD12 triliun obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif, yang berpotensi mendorong investasi ke pasar obligasi yang memiliki imbal hasil tinggi seperti di Indonesia,” pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: