Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Angkatan Laut Korsel Kerahkan Satuan Anti-Pembajakan ke Selat Hormuz, Tujuannya Tak Lain buat...

Angkatan Laut Korsel Kerahkan Satuan Anti-Pembajakan ke Selat Hormuz, Tujuannya Tak Lain buat... Kredit Foto: YouTube/DefenseWebTV
Warta Ekonomi, Seoul -

Satuan unit anti-pembajakan Korea Selatan (Korsel) untuk sementara memperluas misinya ke Selat Hormuz di tengah meningkatkan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Kementerian Pertahanan Korsel mengumumkan hal itu pada Selasa (21/1/2020).

Dalam pengumumannya, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan hal itu dimaksudkan untuk membantu memastikan keamanan jalur perairan minyak dunia itu untuk kapal-kapal Korsel dan warga negaranya seperti dikutip dari VOA.

Baca Juga: Demi Hindari 'Kesalahpahaman', Korsel Harus Kerja Sama dengan AS

Pernyataan kementerian Korsel mengatakan unit itu akan bekerja secara independen tetapi akan bekerja sama dengan koalisi yang dipimpin AS jika diperlukan. Dikatakan dua tentara Korsel akan menjadi perwira penghubung di markas Konstruk Keamanan Maritim Internasional.

Menurut angkatan laut unit angkatan laut Korsel ini mengacu pada kapal perusak kelas 4.400 ton dengan 300 tentara dan helikopter.

Menurut pernyataan itu, Selat Hormuz adalah jalur pelayaran untuk lebih dari 70 persen impor minyak Seoul dan kapal-kapal Korsel berlayar melalui daerah itu sekitar 900 kali setiap tahun. Dikatakan sekitar 25.000 warga Korsel tinggal di Timur Tengah.

Para pengamat menilai, Korsel masih mempertimbangkan hubungannya dengan Iran dan sekutu utamanya AS dalam mengambil keputusan tersebut. AS sendiri telah meminta kontribusi Korsel untuk membantu menjaga tanker minyak.

Untuk diketahui, Korsel telah melakukan operasi anti pembajakan di Teluk Aden sejak 2009 dan memperluas ke selat yang menghubungkan Teluk Oman dan Teluk Persia.

Ketegangan di perairan sekitar Semenanjung Arab telah melonjak sejak Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan serangan udara AS awal bulan ini yang menewaskan jenderal top Iran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: