Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngomongin Startup Marketplace Pariwisata dan Solo Traveling Bareng CEO Pigijo

Ngomongin Startup Marketplace Pariwisata dan Solo Traveling Bareng CEO Pigijo Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo berkunjung ke Labuan Bajo, NTT yang tengah dipersiapkan menjadi destinasi superpremium di Indonesia. Jokowi berharap, wisatawan yang datang ke Labuan Bajo bisa berbelanja lebih banyak dan tinggal lebih lama.

Perhatian besar Jokowi terhadap industri pariwisata bukan tanpa alasan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Januari hingga November 2019, kunjungan wisata mancanegara (wisman) mencapai 14,92 juta atau mengalami peningkatan sebesar 3,55% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 14 juta kunjungan.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Destinasi Pariwisata Super Prioritas Kawasan Marina Labuan Bajo Milik PTPP dan ASDP

Potensi tersebut tak disia-siakan oleh perusahaan platform digital PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (Pigijo). Tak tanggung-tanggung, demi menggarap potensi industri pariwisata Indonesia, perusahaan yang masih berstatus startup marketplace pariwisata ini memberanikan diri untuk masuk ke pasar modal melalui penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Sebenarnya, seperti apakah bisnis Pigijo dan seberapa besar potensi pariwisata Indonesia? Seperti apakah modal bisnis Pigijo yang dengan gagah berani melenggang ke pasar modal untuk menjadi perusahaan publik? Berikut ini hasil wawancara tim Warta Ekonomi dengan Claudia Ingkiriwang yang merupakan pendiri sekaligus Chief Excecutive Officer (CEO) Pigijo.

Ide awal Pigijo didirikan itu apa sih, Bu?

Awalnya gini, kami tuh sebetulnya para traveler yang suka pergi-pergian. Nah, kalau lihat traveling ke luar negeri ternyata lebih mudah daripada traveling dalam negeri atau lihat orang luar negeri ke Indonesia, bingung naik apa, di sana mau ada apa kalau traveler asing ke Indonesia. Dari situ ide pertamanya, mestinya kalau bikin di Indonesia sebuah travel assistant yang digital gitu ya bule-bule pasti seneng deh karena semuanya ada.

Intinya adalah kami pengen sebuah tools di mana itu bisa memberi referensi kepada traveler yang datang ke Indonesia.

Lalu, kapan Pigijo resmi berdiri?

Kami bangun tahun 2017. Kami mulai, kami gagas, kemudian research dulu, keliling dulu. Kami traveling dulu. Baru 2018 start coding, memberanikan diri di 2018-an. Launching itu di pertengahan 2018. Waktu itu kumpulin travel blogger, traveler, jadi kami launching as a komunitas. Ya udah awalnya coba dulu deh sebagai komunitas, ternyata responsnya bagus terus kami develop.

Target pasarnya Pigijo itu siapa ya, Bu?

Dari awal kami bangun sampai sekarang, target kami adalah wisman (foreign) memang akan banyak terbantu oleh Pigijo karena kan dia belum banyak tau tentang Indonesia. Dia perlu Pigijo untuk dapat referensi dan informasi.

Namun, kenyataanya ketika kami launching, kami temui banyak juga orang Indonesia yang gak tau Indonesia, ke sananya naik apa, kami harus punya kenalan di sana. Kalau cari kendaraan umum agak susah. Budayanya juga beda. Itu yang buat kami membuat dua segmen, satu segmen akan khususkan untuk wisman dan  memang kami juga akan promo untuk di lokal karena kami pengen orang Indonesia tau Indonesia.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitriyani
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: