Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak Kecaman, Berikut Poin-Poin Penting Rencana Perdamaian Timur Tengah AS

Banyak Kecaman, Berikut Poin-Poin Penting Rencana Perdamaian Timur Tengah AS Kredit Foto: Reuters/Leah Millis
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah yang telah lama dinantikan. Pengumuman ini tertunda selama dua tahun setelah ia mengusulkan rencana untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Israel-Palestina yang hampir mati untuk menyelesaikan konflik yang telah berjalan selama beberapa dekade.

Lalu apa saja yang ada di dalam rencana perdamaian Timur Tengah ala Trump ini? Berikut poin-poin penting rencana kesepakatan ini seperti dilansir dari ABC News, Rabu (29/1/2020).

Baca Juga: Kecam Perdamaian Timur Tengah AS, Turki: Tanah Palestina Tak Dijual!

PERBATASAN

Menurut proposal ini, Israel harus membuat kompromi teritorial yang signifikan dan negara Palestina harus memiliki wilayah yang cukup sebanding dengan wilayah Tepi Barat dan Gaza sebelum 1967, ketika Israel merebut wilayah-wilayah itu, bersama dengan Yerusalem timur, dalam perang regional.

Rencana tersebut menyediakan pertukaran lahan yang disepakati bersama. Tetapi "peta konseptual" yang dirilis dengan rencana tersebut menunjukkan negara Palestina yang terputus-putus, dengan wilayah kantong-kantong Israel dan Palestina dihubungkan ke negara masing-masing dengan apa yang disebut oleh rencana itu sebagai solusi transportasi pragmatis, termasuk jembatan, terowongan dan jalan.

Sementara itu Lembah Jordan, yang menyumbang sekitar seperempat wilayah Tepi Barat, akan berada di bawah kedaulatan Israel.

YERUSALEM

Rencana perdamaian ini akan memberikan sebagian besar Yerusalem Timur yang dianeksasi, termasuk Kota Tua dan situs-situs sucinya, di bawah kendali Israel sambil membiarkan Palestina membangun Ibu Kota di pinggiran kota di luar tembok pemisah Israel.

Dikatakan situs suci Yerusalem, situs suci bagi orang Yahudi, Kristen dan Muslim, harus terbuka untuk para jamaah. Sementara terkait siapa yang mengatur situs suci yang dikenal sebagai kompleks masjid Al-Aqsa bagi umat Islam dan Gunung Bait bagi orang Yahudi yang kerap menjadi titik konflik akan tetap ada di tempatnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: