Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Rp34,4 Triliun di 2019, BRI Optimis Hadapi Tantangan 2020

Laba Rp34,4 Triliun di 2019, BRI Optimis Hadapi Tantangan 2020 Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahun 2019 menjadi tahun penuh tantangan bagi sejumlah industri. Tak terkecuali, industri jasa keuangan perbankan. Sebagai negara terbuka, kondisi ekonomi di Indonesia memang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Meskipun kondisi di dalam negeri juga berpengaruh, kondisi ekonomi dalam negeri cenderung lebih stabil dibanding situasi dunia.

"Kita menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik, tapi tak boleh berhenti. Harus tetap hadapi dengan optimisme," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam kesempatan pembukaan BRI Group Economic Forum 2020, di Jakarta, Rabu (29/1/2020).

Baca Juga: Isu Liar Jadi Viral: Virus Korona Masuk Gedung BRI, Menkes dan Dirut Turun Langsung

Dalam kesempatan tersebut, Sunarso juga menyampaikan kinerja Bank BRI sepanjang 2019 yang masih sangat positif. Sampai saat ini, Bank BRI masih menjadi bank dengan aset terbesar mencapai Rp1.416,8 triliun, yang ditempatkan sebagai aset produktif kredit mencapai Rp907,4 triliun, dengan mayoritas kredit lebih dari Rp700 triliun disalurkan ke segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Selanjutnya, kredit juga cukup berkualitas, dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,8%, menurutnya, masih cukup baik. Untuk mengantisipasi risiko yang terjadi, BRI memiliki dana cadangan yang mencapai 103,64%.

"(Hasilnya) selama satu tahun laba kami Rp34,4 triliun, tumbuh 6,2%," jelas Sunarso.

Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir tahun 2019, DPK BRI berhasil menembus angka di atas Rp1.000 triliun yakni mencapai Rp1.021,39 triliun atau naik sebesar 8,17% yoy. Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 57,71% dari total DPK atau senilai Rp589,46 triliun.

Sunarso juga mengajak seluruh masyarakat untuk mengoleksi saham Bank BRI lantaran kinerjanya yang tumbuh positif. Menurutnya, saat ini BRI hadir sampai pelosok dan tercatat ada sekitar 9.635 outlet yang melayani masyarakat di seluruh Indonesia.

"Sekarang transaksi mayoritas bergeser ke online, transaksi di cabang 10%, 90% sudah bergeser ke online atau mobile. Sejak IPO 2003, layak dikoleksi BBRI ke depan," jelas dia.

Menghadapi tahun 2020, menurut Sunarso, tantangan masih akan tetap ada. Event BRI Group Economic Forum 2020 diharapkan memberikan pandangan yang lebih baik. Forum yang dibuka oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati itu diharapkan memberikan arahan tentang kebijakan fiskal dan lainnya dari pemerintah.

"Sehingga kita dapat menyusun strategi bisnis," ujar Sunarso.

Sementara itu, Sri Mulyani Indrawati dalam arahannya mengungkapkan, sepanjang 2019 lalu berbagai tantangan global yang memengaruhi situasi ekonomi di Indonesia, antara lain, perang dagang antara Amerika dengan sejumlah negara seperti Mexico, Kanada, Eropa dan China. Kemudian situasi politik yang bergejolak di Hong Kong, ketegangan antara Jepang dan Korea, hingga serangan drone di Arab yang menghancurkan ladang minyak dan di Iran yang menewaskan jenderal Iran.

"Semua itu menciptakan soul over ekonomi global, baik di sektor konsumsi, produksi, dan policy respons," ujar Sri Mulyani.

Namun, melihat situasi tersebut, menurut Sri Mulyani, Indonesia harus bersyukur sebab jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi, masih di level 5%. Itu masih lebih baik jika dibandingkan dengan India yang merosot dari 7% menjadi 4% dan China dari 13% menjadi 6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5% dan inflasi rendah 3% dalam 5 tahun terakhir. Itu menunjukkan Indonesia cukup resilience.

Terkait sektor industri, lanjut Sri Mulyani, jasa keuangan termasuk perbankan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibanding sektor lain seperti pertanian dan pertambangan. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat konsumsi di dalam negeri masih cukup baik yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Bank BRI dengan segmen UMKM diharapkan makin agresif untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Dari sisik kebijakan fiskal sendiri, Indonesia dan banyak negara saat ini sedang memberlakukan suku bunga rendah yang diharapkan makin mendorong pertumbuhan kredit. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: