Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), kembali mengambil langakh dovish dengan mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 1,5% hingga 1,75%. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa kondisi perekonomian saat ini yang dianggap baik menjadi pertimbangan dipertahankannya suku bunga tersebut.
"Kami meyakini bahwa posisi kebijakan moneter saat ini masih layak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang sesuai target di kisaran 2%," jelas Powell seperti dikutip dari Reuters, Jakarta, Kamis (30/01/2020).
Baca Juga: Menyimak Perjalanan Nilai Tukar Rupiah atas Dolar AS
Baca Juga: Wabah Corona? Ah Kebal, Rupiah Bikin Dolar AS dan Global Terpental!
Keputusan tersebut menjadi stimulus bagi dolar AS untuk menguat di hadapan sebagian besar mata uang global, termasuk di hadapan rupiah. Kala pembukaan pasar, rupiah terkoreksi -0,07% ke level Rp13.630 per dolar AS.
Koreksi tersebut kian bertambah seiring berjalannya pasar, di mana hingga pukul 10.06 WIB, rupiah dibuat meringis karena tertekan -0,20% ke level Rp13.655 per dolar AS. Selain itu, sang Garuda pun tertekan di hadapan tiga mata uang dunia lainnya, yakni dolar Australia (-0,01%), poundsterling (-0,20%), dan euro (-0,25%).
Baca Juga: Mentok, Saham Perusahaan Logistik Ini Mentok Karena Diburu Investor
Beruntungnya, pergerakan rupiah di Benua Kuning tidak terlalu buruk lantaran menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia setelah yen (-0,33%) dan dolar Hong Kong (-0,23%). Itu artinya, rupiah tengah mengaut di hadapan mayoritas mata uang Asia, seperti baht (0,68%), dolar Taiwan (0,66%), won (0,26%), ringgit (0,12%), yuan (0,10%), dan dolar Singapura (0,05%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
