Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

FBI Tangkap Teknisi Raytheon yang Bawa Rahasia Sistem Rudal AS ke China

FBI Tangkap Teknisi Raytheon yang Bawa Rahasia Sistem Rudal AS ke China Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Washington -

Biro Investigasi Federal atau FBI menangkap seorang teknisi Raytheon pekan lalu karena membawa laptop kantor dengan informasi rahasia tentang sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS) ke China. Padahal, dia sudah diperingatkan bosnya di Raytheon untuk tidak melakukannya.

Teknisi itu bernama Wei Sun, 48. Pria yang tercatat sebagai warga Tucson, Arizona, ini dikenai tuduhan melanggar undang-undang ekspor senjata. Menurut halaman LinkedIn-nya, Sun telah bekerja di Raytheon sejak Desember 2008. Dia bekerja sebagai sebagai insinyur listrik yang membidangi desain sirkuit analog.

Menurut dokumen pengadilan, Sun bekerja dalam program-program Pertahanan Rudal Balistik (BMD) yang berorientasi militer di Raytheon, di mana ia menerima izin untuk menangani bahan rahasia yang diberi label "SECRET".

Baca Juga: Diduga Retas Data Individu dan Pemerintah AS, FBI Selidiki Perusahaan Israel

Menurut otoritas AS, pada tanggal 1 Desember 2018 Sun mengatakan kepada bos Raytheon bahwa ia berencana bepergian ke luar negeri dan bermaksud membawa laptop HP yang dikeluarkannya untuk bekerja bersamanya. Meskipun diberi tahu bahwa laptop kerjanya berisi informasi rahasia, Sun mengabaikan nasihat perusahaannya dan meninggalkan AS pada 18 Desember 2018 dengan membawa laptop. Ketika berada di luar negeri, pada 7 Januari 2019, Sun mengakses akun email Raytheon-nya dan mengirim email ke supervisor yang memberi tahu bahwa dia mengundurkan diri untuk belajar dan bekerja di luar negeri.

Ketika Sun kembali ke AS pada 14 Januari 2019, ia ditanyai oleh staf keamanan Raytheon pada hari berikutnya. Selama sesi wawancara, Sun awalnya mengatakan kepada personel keamanan Raytheon bahwa ia pergi ke Singapura dan Filipina. Namun, setelah memberikan informasi yang tidak konsisten mengenai rencana perjalanannya, Sun akhirnya mengakui bahwa dia telah melakukan perjalanan ke China, Kamboja, dan Hong Kong.

Menurut dakwaan, laptop Sun berisi setidaknya lima file yang berisi informasi rahasia dan dia tunduk pada Peraturan Lalu Lintas Internasional (ITAR), yang berarti Sun dan Raytheon seharusnya mendapat persetujuan dari pemerintah AS untuk mentransfer file ke luar negeri.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: