Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beijing Murka, Media Jerman Tulis 'Coronavirus Made in China'

Beijing Murka, Media Jerman Tulis 'Coronavirus Made in China' Kredit Foto: The Yomiuri Shimbun/Takashi Ozaki
Warta Ekonomi, Berlin -

Beijing marah dan mengecam beberapa media Jerman atas apa yang mereka sebut menyebarkan "diskriminasi dan xenofobia" dalam menghadapi wabah virus Corona baru yang mematikan. Salah satu media membuat Beijing marah karena berita utama di sampulnya menggunakan judul "Coronavirus Made in China (Virus Corona Buatan China)".

"Beberapa perwakilan media dan media tertentu, yang konon telah menandatangani nilai-nilai objektivitas dan rasionalitas, tidak menghindar untuk menerbitkan pernyataan rasis dan mentolerir kecenderungan xenofobia, yang ditujukan khususnya terhadap China," kata Kedutaan Besar China di Jerman.

Baca Juga: WHO Nyatakan Wabah Corona Belum Mencapai Puncak

Pemerintah negara Tirai Bambu itu menyamapikan protes kuat dan ketidakpuasan tertinggi atas masalah ini.

"Kebebasan pers tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan sentimen rasis di dalam masyarakat Jerman," lanjut kedutaan tersebut, seperti dilansir dari Russia Today, Jumat (7/2/2020). Menurut kedutaan itu, orang China dan Jerman sama-sama secara terbuka menentang dengan "kecenderungan berbahaya" yang ditunjukkan oleh beberapa media. Namun, para diplomat Beijing menolak mengidentifikasi nama-nama media yang mereka anggap rasis dalam pemberitaan.

Pernyataan marah tersebut muncul hanya beberapa hari setelah salah satu majalah terkemuka Jerman, Der Spiegel, terbit dengan sampul yang memperlihatkan seseorang dengan alat pelindung dan judul berita utama; "Coronavirus. Made in China. When globalization turns into a deadly threat (Virus Corona. Buatan China. Ketika globalisasi berubah menjadi ancaman mematikan)".

Sampul majalah itu tidak luput dari perhatian beberapa orang di Twitter, yang berasumsi bahwa media itu jadi penyebab di balik gelombang kemarahan China. Beberapa pengguna Twitter menyebutnya "contoh jurnalisme yang mengerikan". Ada juga pengguna Twitter yang mengatakan bahwa sampul terbaru majalah itu "bukan salah satu yang terbaik".

Sementara itu, Der Spiegel, tidak menghapus atau mengomentari artikel-artikel yang kemungkinan memancing tanggapan marah dari China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: