Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Ganas, Pasien Corona Mulai Putus Asa

Masih Ganas, Pasien Corona Mulai Putus Asa Kredit Foto: Reuters/Aly Song
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cepatnya penyebaran virus corona di China seakan membuat para pasien putus asa. Hal ini kian parah karena kurangnya sumber daya medis. Pasalnya, obat dari penyakit pneumonia 'misterius' ini tak kunjung ditemukan.

Hal ini mendorong orang-orang untuk menggunakan cara-cara yang tidak biasa demi memperoleh pengobatan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memohon ke pasien HIV atau importir obat ilegal.

Baca Juga: Beri Bantuan ke China Atasi Corona, Raja Salman Telepon Xi Jinping

Devy (38), seorang pekerja lepas di Provinsi Shandong yang menolak menyebutkan nama keluarganya, adalah salah satu dari ratusan orang yang menghubungi penderita HIV untuk meminta obat. Meskipun tidak bepergian ke Provinsi Hubei atau Wuhan yang menjadi pusat penyebaran wabah, ia makin khawatir entah bagaimana tertular virus corona setelah dokter menemukan gejala-gejala pneumonia pada tubuhnya.

Devy juga memiliki gejala lain yang berhubungan dengan virus corona, seperti demam dan mual. Putus asa dan khawatir, ia mendengar dari temannya bahwa seorang pria dengan HIV-positif. Pria itu menawarkan Kaletra secara cuma-cuma bagi orang-orang yang diduga terjangkit virus corona tipe baru. Devy menerima 30 pil.

"Ketika Anda ditinggalkan sendiri, melihat bayangan kematian dari jauh, saya rasa tidak ada seorang pun bisa merasa tenang," kata Devy kepada Reuters melalui sambungan telepon.

Otoritas kesehatan China menyatakan, belum ada obat yang efektif untuk virus yang telah menewaskan lebih dari 500 orang di negara itu. Meskipun belum ada bukti dari uji klinis, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan obat HIV, yakni lopinavir atau ritonavir, dapat digunakan untuk pasien virus corona.

Hal itu memicu serbuan, terutama untuk Kaletra atau juga dikenal dengan Aluvia, yang merupakan versi lopinavir atau ritonavir yang tidak dipatenkan oleh produsen AbbVie. Obat ini juga menjadi satu-satunya versi yang diperdagangkan di China.

Obat itu biasanya digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV dan AIDS. Bulan lalu AbbVie menyatakan China telah menguji obat tersebut untuk mengobati gejala virus corona.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: