Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Mikir Emas Mahal? CEO Treasury: Nabung Emas di Sini Seharga Kopi

Masih Mikir Emas Mahal? CEO Treasury: Nabung Emas di Sini Seharga Kopi Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Di dunia penyimpanan emas digital sendiri, iklim bisnisnya seperti apa? Kolaborasi atau kompetisi?

Kalau berbicara kompetisi, namanya juga bisnis, kompetisi akan selalu ada. Yang penting, kami tahu apa yang kami lakukan. Intinya adalah bahwa orang lain mungkin memiliki yang serupa, pada akhirnya yang terpenting adalah kepercayaan dan layanan. Jadi, itu aja sebenarnya yang membedakan. Kalau nanti ada payment segala macam, toh semuanya juga melakukan itu kan.

Komposisi karyawan dan bagaimana cara memperlakukan milenial di kantor?

99,9 persen adalah milenial. Itu umurnya 22. Paling tua setelah saya, umur 37. Itu paling tua setelah saya. Jadi generasi X cuma saya.

Satu hal yang kadang-kadang kita suka kesel, antara kesel sama ketawa bahwa saya dan banyak rekan-rekan generasi X, generasi saya, yang selalu membicarakan soal milenial. Milenial itu sesuatu yang terlalu banyak dibicarakan. Tapi yang sebenarnya konyol adalah mereka terus berbicara tentang milenial, brand mereka relevan dengan milenial, tapi mereka tidak melakukan hal yang relevan dengan milenial. Jadi, mereka mau seperti milenial, tapi peraturannya mereka mau seperti kolonial.

Di zaman saya, saya ada di zaman yang dari atas ke bawah. Anak buah saya jarang komplain ke atasan. Di milenial, enggak bisa seperti itu. Yang mereka mau adalah mereka mau diperlakukan seperti manusia dan seperti orang dewasa. Jadi, itu yang saya kerjakan. Kaya jam, kami bisa fleksibel, tapi jangan main-main sama deadline, jangan main-main sama KPI.

Itulah di setiap Minggu di Kamis, kami ada WIP, di WIP misalnya orang tidak melakukan tugasnya dia bisa malu karena itu forum. Jadi, kelihatan kalau mereka enggak kerja. Mau kerja di rumah, mau kerja di mana terserah, yang penting elu kirim hasil kerjaan. Kalau terpaksa tidak ada, kami bisa lewat telepon. Tapi yang jelas harus dikirim. Saya sih treat mereka seperti temen. Kadang saya jadi temennya, kadang saya jadi bosnya, kadang saya jadi emaknya. Jadi, kami harus bisa fleksibel, mau suka atau tidak.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: