Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Parasite Film Realisme dari Asia Pengondol Gelar Oscar

Parasite Film Realisme dari Asia Pengondol Gelar Oscar Kredit Foto: Ace Showbiz
Warta Ekonomi, Jakarta -

Film Parasite berhasil menggondol penghargaan paling bergengsi dalam dunia perfilman internasional Oscar sebagai best picture award. Film itu memecahkan rekor sebagai film pertama yang sukses meraih ajang Academy Award dari negara Asia.

Komedi gelap "Parasite" adalah kisah dua keluarga Korea Selatan, si kaya Park dan si miskin Kim, mencerminkan tajamnya kesenjangan di negara dengan perekonomian  terbesar keempat Asia itu.

Film ini membuat sejarah sebagai film berbahasa non-Inggris pertama yang memenangi Oscar sebagai Film Terbaik pada Minggu, dan memicu ledakan perayaan oleh pengguna media sosial Korea Selatan.

Pesan film itu selaras dengan banyak warga Korea Selatan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai "sendok kotor", atau mereka yang lahir dari keluarga berpenghasilan rendah yang nyaris  menyerah untuk memiliki rumah yang layak atau memanjat tangga sosial. Mereka adalah lawan dari kalangan "sendok emas" yang berasal dari keluarga kaya.

Sementara kesenjangan di Korea Selatan tidak selalu lebih buruk daripada banyak negara lain, konsep ini telah meledak ke panggung politik dalam beberapa tahun terakhir di tengah harga rumah yang tak terkendali dan ekonomi yang mandek, merusak dukungan untuk Presiden Moon Jae-in. Moon, dalam pesan ucapan selamatnya, mengatakan "Parasite" telah "menggerakkan hati orang-orang di seluruh dunia dengan kisah Korea yang paling unik".

Namun pesan film tersebut adalah kritik tajam terhadap masyarakat modern Korea Selatan, dan sutradara Bong Joon-ho beralih ke banyak adegan akrab di sekitar Seoul untuk menyoroti kesenjangan antara yang kaya dan miskin di kota.

Di seluruh Korea Selatan, perbedaan itu terlihat dari lingkungan lama di daerah kumuh dengan bata-bata yang hancur, tampak kontras dengan kehidupan kelas atas Seoul yang berkilau.Film ini menggunakan banyak isyarat visual untuk menggambarkan persaingan yang terjadi di masyarakat, dan kadang-kadang hubungan parasit antara yang kaya dan yang miskin.

"Hubungan timbal balik yang  tak nyaman dalam film itu memicu perasaan campur aduk dan menohok tabu  di masyarakat serta  mengadu domba orang kaya melawan orang miskin," kata Kim Chang-hwan, seorang warga Seoul berusia 35 tahun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: