Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pukulan Keras Corona untuk Dunia, China dan Banyak Negara Akui Kewalahan

Pukulan Keras Corona untuk Dunia, China dan Banyak Negara Akui Kewalahan Kredit Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Warta Ekonomi, Bangkok -

Wabah virus corona jenis baru (2019-nCOV) menjadi pukulan keras bagi kesiapan setiap negara untuk menangani kesehatan. China pun kewalahan dengan kasus infeksi yang terus bertambah sehingga membuat fasilitas yang ada tidak mencukupi.

Pihak berwenang di Wuhan, kota yang menjadi pusat wabah, telah diperintahkan untuk membatasi orang yang diduga menderita 2019-nCOV masuk kamp karantina. Beberapa cerita warga yang diusir dari rumah sakit pun menjadi perbincangan.

Baca Juga: Rekor, Jumlah Kematian Pasien Corona dalam Sehari Capai 100 Orang

Rong Qin, salah satu warga Wuhan yang merasakan kekurangan fasilitas itu. Dia tinggal bersama putranya yang baru lahir dan anak perempuannya yang berusia 3 tahun, ibu, ayah, dan suami di sebuah apartemen dua kamar tidur di Wuhan.

Qin memohon bantuan melalui unggahan di Weibo, sebuah mikroblog China, bahwa dia dan ayahnya terinfeksi tetapi tidak bisa mendapatkan fasilitas rumah sakit. Hal itu membuatnya khawatir untuk seluruh keluarga akan ikut terkena virus.

"Saya diberitahu bahwa walaupun kami memiliki konfirmasi infeksi dari rumah sakit, kami harus menunggu ketersediaan tempat tidur. Sejauh yang saya tahu, sudah ada banyak orang yang mengantre untuk meminta bantuan," kata Qin.

Masalah yang paling jelas di Wuhan adalah momok yang mengkhawatirkan bagi pejabat kesehatan di banyak tempat lain. Jumlah orang yang terinfeksi telah melampaui 40.000 dengan lebih dari 1.000 orang meninggal. Pejabat berusaha meyakinkan masyarakat, sambil bergerak untuk memastikan pasokan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya tetap memadai.

Di Wuhan, tiga fasilitas besar telah diubah menjadi rumah sakit darurat, menyediakan 3.800 tempat tidur untuk pasien dengan gejala virus yang ringan. Kota tersebut berencana untuk mengubah lebih banyak fasilitas menjadi rumah sakit untuk perawatan dan pemeriksaan darurat.

China pun sudah membuat dua rumah sakit baru, satu dengan 1.000 tempat tidur dan yang lainnya dengan 1.500. Tentara Pembebasan Rakyat mengerahkan 1.400 dokter, perawat, dan personel lain untuk membantu staf rumah sakit di pusat industri.

Beberapa negara di luar China yang memiliki beban kasus besar, seperti Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat, memiliki sumber daya yang relatif banyak untuk mengisolasi dan merawat pasien. Namun, negara-negara berpenghasilan rendah tidak semapan itu.

Pada pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa pekan lalu, delegasi dari berbagai negara termasuk Sudan dan Bangladesh mencari bantuan untuk jaringan kesehatan. Seorang perwakilan dari Sudan mengatakan, telah membuat ruang isolasi menggunakan sumber daya lokal.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: