Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Cuma Ambil Dahak, Dokter Harus Lakukan Ini untuk Tes Covid-19

Tak Cuma Ambil Dahak, Dokter Harus Lakukan Ini untuk Tes Covid-19 Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selama ini masyarakat hanya tahu bahwa pengujian penyakit COVID-19 (coronavirus disease-2019) hanya dengan medium swab atau dahak. Pengujian ini biasa dilakukan juga pada pasien flu biasa.

Namun, belum lama ini pakar medis menjelaskan bahwa pengujian COVID-19 tidak sekadar mengambil dahak, tetapi ada hal 'menjijikkan' yang harus dilakukan dokter.

Baca Juga: Ganas! 1.716 Staf Medis Terinfeksi Corona, 6 Orang Meninggal

"Para dokter harus mengambil swab yang ada di bagian belakang hidung hingga tenggorokan. Untuk pasien, tindakan ini sangat tidak nyaman, apalagi dilakukan dalam waktu 10 detik," ungkap Dr. Lewis Kohl, direktur CareMount Medical pada New York Post.

Nah, kalau pasien flu, mereka hanya akan diambil swabnya yang ada di area mulut. Tentu ini lebih mudah dan tak menyiksa bagi pasien itu sendiri.

Lebih lanjut, sebelum swab itu diuji COVID-19, pasien akan menjawab beberapa pertanyaan terlebih dulu, salah satunya apakah mereka pernah ke Wuhan, China, sebelumnya? Apakah mengalami sulit bernapas? Atau pertanyaan apakah pernah melakukan kontak dengan pasien COVID-19 sebelumnya?

Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter mungkin juga mencoba memasukkan lendir dari bagian saluran pernapasan yang sulit dijangkau, yang mungkin melibatkan intubasi atau penyemprotan kabut salin ke paru-paru, kata Kohl.

"Jika (samp) dirasa tidak cukup kuat untuk menegaskan diagnosis, dokter mungkin perlu masukan alat lebih dalam lagi," katanya. "Salin yang dimasukan adalah cairan yang sangat asin yang menyebabkan Anda mengeluarkan dahak-goober kuning besar jauh di paru-paru Anda."

Menurut Kohl, tindakan ini bisa jadi tidak menyenangkan untuk pasien COVID-19 karena mereka dipaksa untuk menghirup sesuatu yang buruk.

Sementara itu, William Haseltine, ketua KTT Kesehatan AS-China dan mantan profesor Harvard Medical School, menambahkan bahwa pengujian pernapasan yang lebih invasif hanya dilakukan dalam kasus ketika dokter menentukan "seseorang tidak dapat memberikan hasil sampel dengan tes yang lebih standar."

Jadi, apa yang kemudian dilakukan setelah swab telah didapatkan? Sampel kemudian dikirim ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS untuk diuji. Untuk di Indonesia sendiri, sampel dikirim ke Litbangkes Kementerian Kesehatan RI di Jakarta. Sampai kemarin, swab yang sudah dites sebanyak 77 sampel dengan hasil 75 negatif dan 2 masih dites.

Sampai hari ini, Jumat (14/2/2020), kasus wabah COVID-19 telah terjadi sebanyak 64.434 kasus dengan 1.383 meninggal dunia dan 6.766 orang sembuh.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: