Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Save Our Sea: Mengelola Pulau-Pulau Kecil Berbasis Ekowisata

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Save Our Sea: Mengelola Pulau-Pulau Kecil Berbasis Ekowisata Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat

Potensi Pulau-Pulau Kecil

Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi cukup besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta adanya ekosistem khas tropis dengan produktivitas hayati tinggi. Potensi pulau-pulau kecil terdiri dari potensi sumber daya hayati dan potensi sumber nir hayati. Potensi sumberdaya hayati meliputi: (1) terumbu karang.

Menurut Sawyer (1993) dan Cesar (1996), manfaat terumbu karang meliputi manfaat langsung sebagai habitat bagi sumberdaya ikan (tempat mencari makan, memijah), batu karang, pariwisata, wahana penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya. Dan manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya. Terumbu karang dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari penyelam dan kegiatan wisata bahari lainnya.

Baca Juga: Save Our Sea: Membangun Asa Via Ekowisata

Dan berbagai jenis biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang ternyata banyak mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan obat-obatan, makanan, dan kosmetika. Selain itu, terumbu karang menjadi daya tarik dan perhatian bagi para ahli, mahasiswa, perusahaan farmasi sebagai objek penelitian.

(2) Padang Lamun (Seagrass). Secara ekologis, seagrass berfungsi sebagai produsen detritus dan zat hara; mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang; sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini; serta sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari. Di samping itu, padang lamun juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan budidaya berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram, tempat rekreasi, dan sumber pupuk hijau.

(3). Hutan Mangrove. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin, taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya. Sedangkan secara ekonomis, berfungsi sebagai penyedia kayu, bahan baku obat-obatan dan lain-lain. Ekosistem hutan mangrove juga bermanfaat tidak langsung, terutama sebagai habitat bagi bermacam-macam binatang seperti udang, kepiting, dan beberapa jenis ikan serta binatang melata lainnya.

Sementara itu, potensi sumberdaya nir hayati pulau pulau kecil terdiri dari (1). Pertambangan. Aktivitas pertambangan banyak dilakukan di negara-negara pulau kecil di dunia maupun di Indonesia pada provinsi-provinsi tertentu. Struktur batuan dan geologi pulau-pulau kecil di Indonesia adalah struktur batuan tua yang diperkirakan mengandung deposit bahan-bahan tambang/mineral penting seperti emas, mangan, nikel, dan lain-lain.

Beberapa aktivitas pertambangan baik pada tahap penyelidikan umum, eksplorasi, maupun eksploitasi di pulau-pulau kecil antara lain timah di Pulau Kundur, Pulau Karimun (Riau); nikel di Pulau Gag (Papua), Pulau Gebe (Maluku Utara), Pulau Pakal (Maluku); batubara di Pulau Laut, Pulau Sebuku (Kalsel); emas di Pulau Wetar, Pulau Haruku (Maluku); dan migas di Pulau Natuna (Riau).

(2). Energi Kelautan. Dengan luas wilayah laut yang lebih besar dibandingkan darat maka potensi energi kelautan memiliki prospek sebagai energi alternatif untuk mengantisipasi berkurangnya minyak bumi, LNG, batubara, dan lain-lain sepanjang kemampuan negara diarahkan untuk pemanfaatannya. Sumberdaya kelautan yang mungkin digunakan untuk pengelolaan pulau-pulau kecil adalah Konversi Energi Panas Samudera/Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), panas bumi (geothermal), ombak, dan pasang surut.

Pulau-pulau kecil memberikan jasa-jasa lingkungan yang bernilai ekonomis yaitu sebagai kawasan kegiatan kepariwisataan, media komunikasi, kawasan rekreasi, konservasi, dan jenis pemanfaatan lainnya. Jenis-jenis pariwisata yang dapat dikembangkan di kawasan pulau-pulau kecil adalah (1). Wisata Bahari. Kawasan pulau-pulau kecil merupakan aset wisata bahari yang sangat besar.

Didukung oleh potensi geologis dan karaktersistik yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan terumbu karang (coral reef), khususnya hard corals. Di samping itu, kondisi pulau-pulau kecil tak berpenghuni akan memberikan kualitas keindahan dan keaslian dari bio-diversity yang dimilikinya. Berdasarkan rating yang dilakukan oleh lembaga kepariwisataan internasional, beberapa kawasan di Indonesia dengan sumberdaya yang dimilikinya mempunyai rating tertinggi bila ditinjau dari segi daya tarik wisata bahari dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain di dunia.

Sebagian besar pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang cukup potensial. Beberapa di antaranya telah dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari seperti Taman Nasional (TN) Taka Bone Rate (Sulsel), TN Teluk Cendrawasih, TN Kep. Wakatobi (Sultra), Taman Wisata Alam (TWA) Kep. Kapoposang (Sulsel), TWA Tujuh Belas Pulau (NTT), TWA Gili Meno, Ayer, Trawangan (NTB), TWA P. Sangiang (Jabar), dan lain-lain.

(2). Wisata Terestrial. Yaitu wisata yang merupakan satu kesatuan dengan potensi wisata perairan laut. Wisata terestrial di pulau-pulau kecil misalnya TN Komodo (NTT), sebagai lokasi Situs Warisan Dunia (world herritage site) merupakan kawasan yang memiliki potensi darat sebagai habitat komodo, serta potensi keindahan perairan lautnya di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Contoh lain adalah Pulau Moyo yang terletak di NTB sebagai Taman Buru (TB), dengan kawasan hutan yang masih asri untuk wisata berburu dan wisata bahari (diving).

Kondisi Pulau Moyo dimanfaatkan para pengusaha pariwisata sebagai kawasan "Ekowisata Terestrial". Di kawasan ini terdapat resort bertarif relatif mahal, dengan fasilitas yang ditawarkan berupa tenda-tenda sehingga merupakan "wisata camping" yang dikemas secara mewah. Paket wisata di Kawasan Pulau Moyo ini sudah sangat terkenal di mancanegara sehingga dapat memberikan devisa bagi negara.

(3). Wisata Kultural. Salah satu komponen pulau kecil yang sangat signifikan adalah masyarakat lokal karena sudah lama berinteraksi dengan ekosistem pulau kecil. Berdasar realitas di lapangan, masyarakat pulau-pulau kecil mempunyai budaya dan kearifan tradisional (local wisdom) tersendiri yang merupakan nilai komoditas wisata yang tinggi. Kawasan yang dapat dijadikan sebagai objek wisata kultural, misalnya di Pulau Lembata. Masyarakat suku Lamalera di Pulau Lembata mempunyai budaya heroik "Berburu Paus secara tradisional" (traditional whales hunter).

Kegiatan berburu paus secara tradisional tersebut dilakukan setelah melalui ritual-ritual budaya yang sangat khas, yang hanya dimiliki oleh Suku Lamalera tersebut. Keunikan budaya dan kearifan tradisional tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: