Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Bilang Pria Rupanya Lebih Rentan Terinfeksi COVID-19, Ini Penjelasannya

Pakar Bilang Pria Rupanya Lebih Rentan Terinfeksi COVID-19, Ini Penjelasannya Kredit Foto: Eye of Science
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pria ternyata lebih rentan terhadap COVID-19. Penulis sains Anjana Ahuja mengungkap, berdasarkan studi medis Lancet yang diterbitkan pada 30 Januari 2020, sekitar dua pertiga dari 99 pasien yang terinfeksi dirawat di rumah sakit Wuhan bulan lalu adalah laki-laki. Alasannya pria memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.

"Ini perbedaan mencolok. Sebuah gambar muncul pada COVID-19 sebagai patogen baru yang secara tidak proporsional mempengaruhi pria yang lebih tua, khususnya mereka yang memiliki penyakit seperti penyakit jantung dan diabetes," tulis Ahuja seperti dilansir Fox News.

Baca Juga: Tak Cuma Ambil Dahak, Dokter Harus Lakukan Ini untuk Tes Covid-19

Kemungkinan alasan untuk perbedaan antara pria dan wanita bisa disebabkan karena kebiasaan merokok, variasi perawatan di rumah sakit dan perbedaan hormon yang dapat mempengaruhi respon sistem kekebalan pria.

Wanita rentan terhadap penyakit autoimun, yang menyebabkan bagian dari sistem kekebalan tubuh mereka menjadi lebih kuat untuk mengimbanginya dan memicu lebih rendah berisiko terhadap COVID-19.

Di sisi lain, menurut Organisai Kesehatan Dunia (WHO) bahwa wanita secara umum hidup lebih lama dibandingkan pria yakni enam hingga delapan tahun.

Stanley Perlman, seorang ahli imunologi di University of Iowa dan rekan-rekannya menyarankan hormon, termasuk estrogen, bisa menjadi pertahanan yang mungkin melawan virus.

Perlman mempelajari bagaimana Sars berdampak pada tikus jantan dan betina. Dia menyimpulkan bahwa tikus jantan terpengaruh dalam jumlah yang lebih besar, temuan ini juga konsisten dengan COVID-19.

Sedangkan dua penelitian pada pasien Sars dan Mers menemukan bahwa pria memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi untuk kedua penyakit tersebut.

Satu studi menunjukkan bahwa dari 1.800 pasien Sars, pria memiliki tingkat kematian 9% lebih tinggi. Sementara sebuah studi pada 2019 terhadap 229 pasien Mers menunjukkan bahwa pria memiliki tingkat kematian 6 persen lebih tinggi daripada wanita.

"Beberapa ilmuwan sekarang yakin bahwa perbedaan jenis kelamin dalam data klinis mencerminkan kerentanan laki-laki terhadap COVID-19, daripada bias dalam paparan. Pengamatan menambah bukti yang berkembang bahwa secara imunologis, pria adalah jenis kelamin yang lebih lemah," tandas Ahuja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: