Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Database Bocor! China Rupanya Tahan Muslim Uighur karena Alasan Agama

Database Bocor! China Rupanya Tahan Muslim Uighur karena Alasan Agama Kredit Foto: ABC Australia
Warta Ekonomi, Beijing -

Sebuah database milik China yang bocor mengungkapkan pengiriman orang-orang Uighur ke kamp-kamp penahanan China dilakukan berdasarkan penilaian pada orang yang menumbuhkan jenggot, mengenakan jilbab, atau secara tidak sengaja mengunjungi situs web asing.

Penilaian itu membuat seseorang dapat ditahan bahkan ketika tidak melakukan kejahatan.

Baca Juga: Turki Minta China Tak Sebut Semua Muslim Uighur Adalah Teroris

Basis data yang disebut "daftar Karakax" itu terdiri atas 137 halaman dan menguraikan secara rinci alasan utama penahanan lebih dari 300 orang di tepi gurun Taklamakan di Xinjiang.

Dalam uraiannya, terdapat kategori yang menentukan seberapa mencurigakan keluarga bagi pemerintah China.

Dikutip dari The Guardian, kategori dalam menilai keluarga ditetapkan sebagai "dapat dipercaya" atau "tidak dapat dipercaya," dan sikap mereka dinilai "biasa" atau "baik".

Keluarga memiliki "atmosfer" agama "ringan" atau "berat". Dokumen itu pun menghitung berapa banyak kerabat dari masing-masing tahanan di penjara atau yang China menyebutnya pusat pelatihan.

Alasan lain yang tercantum untuk mengirim seseorang ke penahanan termasuk "infeksi agama kecil", "mengganggu orang lain dengan mengunjungi mereka tanpa alasan", "kerabat di luar negeri", "berpikir sulit untuk dipahami", dan "orang tidak dapat dipercaya yang lahir dalam dekade tertentu".

Analisis data Adrian Zenz, menyatakan, alasan terakhir merujuk pada orang-orang yang lebih muda.

"Ini menggarisbawahi pola pikir perburuan pemerintah, dan bagaimana pemerintah mengkriminalkan segalanya," kata ahli di pusat-pusat penahanan yang menyusun laporan pada daftar Karakax.

Data yang bocor itu juga menekankan bahwa pemerintah China berfokus pada agama sebagai alasan penahanan, bukan hanya ekstremisme politik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: