Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala BPIP Sudah Klarifikasi Soal 'Agama Musuh Pancasila', MUI: Ngeles Aja!

Kepala BPIP Sudah Klarifikasi Soal 'Agama Musuh Pancasila', MUI: Ngeles Aja! Kredit Foto: Facebook Yudian Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, telah mengklarifikasi ucapannya yang mengatakan agama musuh dari Pancasila. Namun, klarifikasi Yudian itu dinilai tidak ada hubungannya dan terkesan membela diri. Wasekjen MUI, Zaitun Rasmin, menilai klarifikasi dari Yudian tidak berhubungan dengan ucapannya.

"Saya terpaksa melihat lagi dari awal. Tidak ada kaitannya semua penjelasan itu, tidak berkaitan. Kalau harusnya ini seperti seperti masuk perguruan tinggi, pernyataan salah alasan salah tidak ada hubungan yang sedikit bombastis, anak muda katakan Jaka Sembung bawa golok tidak nyambung," kata Zaitun belum lama ini.

Baca Juga: Terkait 'Agama Musuh Pancasila', Ngabalin Sayangkan MUI-NU-Muhammadiyah Tak Tabayyun

Yudian, kata Zaitun, hanya berusaha membela diri dan bukan mengklarifikasi. Pernyataan yang sudah diungkapkan oleh Yudian sudah terlontar ke publik dan terlanjur membuat gaduh masyarakat.

"Saya kira sangat jelas ralat itu pun kayak orang ngeles aja. Lebih bagus kalau insaf lah wahai manusia jika dirimu bersalah. Cuma memang di negeri kita ini kalau ada yang seperti itu, pertama (maaf) mahal, yang kedua takut. Kalau insaf minta maaf salah tiba-tiba harus diganti. Padahal, itu bagian dari risiko karena kita sudah terjangkiti virus materialisme akut. Nilai (minta maaf) itu tak lagi berharga," ujarnya

Menurut Zaitun, mestinya, Yudian mampu berjiwa besar dan mengakui kesalahan. Bahkan semestinya mampu bertanggung jawab dengan mengundurkan diri atas kesalahan yang sudah dibuat.

"Jadi semestinya kalau salah minta maaf dan mundur, itu kan risiko apalagi kalau jabatan sebagai Kepala BPIP," ujarnya.

Zaitun menduga ada maksud tertentu dibalik ucapan Yudian. Bisa saja Yudian mengatakan hal tersebut untuk menyenangkan salah satu pihak.

"Kalau orang membaca orang akan melihat ini kira-kira 1 dari 2 mungkin ada kepentingan tertentu menyenangkan orang tertentu, ingin mendapat pengakuan lebih atau ini dari alam bawah sadar muncul pernyataam seperti itu," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: