Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nord Stream 2 Kena Sanksi AS, Gazprom: Lanjut Terus

Nord Stream 2 Kena Sanksi AS, Gazprom: Lanjut Terus Kredit Foto: Gazprom
Warta Ekonomi, Jakarta -

Proyek pipa gas Nord Stream 2 senilai US$ 10 miliar milik Rusia yang akan mengalirkan gas sejauh 1.200 km ke Jerman terkena sanksi Washington. Pejabat AS mengklaim bahwa Moskow tak dapat menyelesaikan proyek ini. Namun, Gazprom tetap akan melanjutkan sampai selesai.

Pipa Nord Stream 2 merupakan proyek bersama antara perusahaan energi raksasa Rusia, Gazprom, dan lima perusahaan Eropa. Proyek ini telah disetujui Kongres AS Desember lalu. Akan tetapi, kemudian Departemen Luar Negeri AS mengultimatum perusahaan-perusahaan Eropa yang mengerjakan proyek tersebut agar segera menghentikan kegiatan terkait konstruksi.

Baca Juga: Rosneft Rusia-IOC Teken Kerja Sama, Pasok Minyak Mentah ke India

Surat kabar bisnis Jerman, Handelsblatt ,melaporkan bahwa peringatan itu cukup untuk menakuti perusahaan Swiss, Allseas Group SA. Washington sedang mempertimbangkan sanksi lain untuk perusahaan Eropa lainnya.

Pipa yang belum selesai sekitar 160 km. Sekretaris Energi AS, Dan Brouillette, mengatakan kepada Bloomberg, Sabtu (15/2/2020), "Penghentian proyek itu akan menjadi penundaan yang sangat lama. Karena Rusia tidak memiliki teknologi untuk menyelesaikan pipa tanpa keahlian Allseas."

Menanggapi ancaman itu, juru bicara Gazprom, Sergei Kupriyanov, berkata, "Never say never," kepada media bisnis Rusia, RBK, seperti dikutip RT, Minggu. Kanselir Jerman, Angela Merkel, juga mengkritik sanksi AS dan berjanji akan menyelesaikan proyek Nord Stream 2.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, Desember lalu mengatakan, proyek akan selesai meski ada ancaman. "Orang Eropa memahami kepentingan komersial mereka. Mereka memastikan keamanan energi jangka panjang," katanya.

Sanksi AS mungkin telah menunda penyelesaian proyek tersebut. Namun, Kupriyanov bisa jadi benar. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, akhir tahun lalu mengumumkan bahwa pipa sepanjang 160 km sisanya akan diselesaikan oleh kapal pipa Rusia yang saat ini dalam perjalanan ke Laut Utara dari pantai Timur Rusia. Moskow memperkirakan pengerjaan pipa selesai paling lambat awal 2021.

Nord Stream 2 kelak akan memasok 55 miliar meter kubik (bcm) gas alam per tahun ke Eropa. Namun, jaringan pipa Nord Stream 1 telah mengalirkan gas ke negara-negara Eropa setiap tahun sejak 2011. Proyek ini akan membuat Jerman menjadi pusat gas regional dan menyingkirkan AS dari Eropa.

Pemerintahan Trump telah berusaha membujuk negara-negara Eropa untuk tidak membeli gas Rusia dengan janji bahan bakar fosil (gas alam cair) yang dikirim melintasi Atlantik. Namun, tawaran Washington tak banyak diminati Eropa. Karena biayanya lebih tinggi dibanding produk Rusia.

Negara Eropa yang memihak Washington adalah Ukraina dan Polandia. Kedua negara ini mengenakan biaya transit kepada Rusia untuk operasi jaringan pipa bawah tanah di wilayah mereka. Polandia bahkan meningkatkan impor gas dari Amerika.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: