Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Save Our Sea: Potensi Kapal Karam, Musibah yang Jadi Berkah

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Save Our Sea: Potensi Kapal Karam, Musibah yang Jadi Berkah Kredit Foto: Unsplash/NOAA
Warta Ekonomi, Jakarta -

Legenda kapal karam sepertinya lebih banyak diilhami dari sebuah film yang berjudul Titanic. Film yang mengisahkan jalinan cinta dua anak manusia yang diperankan oleh Leonardo DeCaprio dan Kate Winslet - diakhiri dengan kisah tragis tenggelamnya kapal yang ditumpanginya karena menabrak gunung es.

Biarpun kapal mereka karam, namun laut dan bencana tak mampu menenggelamkan cinta mereka. Kisah mereka, bukan saja melambungkan legenda kapal Titanic, tetapi juga nasib kapal karam lainnya seeperti kapal Van Der Wijk.

Baca Juga: Save Our Sea: Saatnya Masyarakat Pesisir Lebih Berdaya

Dengan tenggelamnya kapal Titanic dan Van Der Wijk, bukan hanya mewariskan sebuah roman yang abadi seperti halnya Romeo and Juliete, namun juga memberikan peninggalan yang tak ternilai dari sisi historis maupun ekonomis berupa kapal karam yang menjadi tempat wisata menarik, terutama bagi mereka yang hobi menyelam di lautan.

Kapal yang sudah tenggelam bertahun-tahun itu memiliki daya tarik sendiri. Biota laut yang perlahan tumbuh serta muatan kapal yang kaya nilai artistik dan sejarah juga menjadi potensi wisata yang sayang jika tak dikembangkan. Bagi para penyelam, kapal yang sudah tenggelam dan muatannya menjadi salah satu dari banyak hal menarik di dasar laut. Ada yang menjadi daya tarik dari kapal tenggelam bagi penyelam.

Yang pertama, adalah nilai estetika. Sebuah kapal yang tenggelam akan menjadi tempat bagi tumbuhnya biota laut yang indah. Selain itu, kapalnya pun akan menjadi daya tarik sendiri, apabila muatannya berisi barang-barang antik bersejarah.

Yang kedua, adalah nilai sejarah dari kapal itu, yaitu tenggelam sebagai akibat peperangan atau peristiwa perompakan yang kerap terjadi di masa lalu. Contoh yang menarik bagi penyelam adalah bangkai kapal budak yang tenggelam di abad 19 di perairan dekat Pulau Menjangan, Bali.

Bangkai kapal yang tenggelam dan muatannya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penyelam sehingga memiliki potensi wisata yang bagus karena ekosistem yang terbentuk dari bangkai kapal itu memperindah situasi bawah laut sehingga bisa memanjakan mata para penyelam. Tapi dengan catatan, bangkai kapal dan muatannya itu tidak memunculkan racun yang berbahaya bagi manusia maupun biota laut.

Potensi Laut Indonesia

Wilayah Indonesia sangat luas, terdiri atas daratan dan lautan dengan perbandingan luas wilayah daratan dengan lautan 3:1. Hampir 70% wilayah Indonesia terdiri atas laut. Saat pendudukan Belanda wilayah perairan Indonesia masih terbilang kecil. Saat itu hanya ditetapkan tiga mil atau 5,5 km dihitung dari garis laut saat air sedang surut (mengikuti Territoriale Zee en Maritieme Ordonantie tahun 1939).

Dengan perhitungan tersebut, banyak wilayah laut Indonesia yang bebas di antara pulau-pulau. Hal ini sangat merugikan Indonesia sebab banyak kapal asing yang bebas mengambil sumber daya laut di Indonesia. Pada 13 Desember 1957, Pemerintah Indonesia menetapkan konsep wilayah perairan laut yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Laut serta perairan antar-pulau menjadi pemersatu dan penghubung antar pulau dan batas-batas wilayah laut diukur sejauh 12 mil dari garis dasar pantai pulau terluar.

Deklarasi Djuanda mendapat pengakuan dunia pada 1982 hasil Konvensi Hukum Laut Internasional yang diselenggarakan PBB di Chicago. Dalam konvensi tersebut ditetapkan bahwa dunia internasional mengakui keberadaan wilayah perairan Indonesia yang meliputi perairan Nusantara, laut teritorial, batas landas kontinen, dan batas ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif).

Dengan berkembangnya wilayah perairan Indonesia tersebut maka kekayaan Indonesia meningkat. Selain ikan, terumbu karang, serta 60 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (hidrokarbon), juga banyak potensi-potensi laut Indonesia lainnya, seperti halnya temuan kapal karam. Selain nilai pentingnya bagi sejarah dan kebudayaan, temuan kapal karam pun memiliki potensi sosial-ekonomis bila pelestariannya juga diselaraskan dengan pemanfaataannya.

Di beberapa negara, shipwrecks diving tourism sudah cukup berkembang dan terbukti menarik perhatian banyak wisatawan, yang berarti dapat menjadi sumber devisa negara.

Bangkai kapal yang tenggelam akan dimanfaatkan sebagai potensi wisata bawah laut. Dari bangkai kapal yang tenggelam dapat bermanfaat sebagai fish apartment atau rumah ikan, budidaya terumbu karang, wisata menyelam, dan budidaya berbagai binatang laut lainnya.

Setelah bisa dikembangkan, beberapa tahun kemudian bisa dijadikan sebagai tempat penelitian mengenai biota laut atau sumber daya laut lainnya. Untuk bangkai kapal perang dan kapal yang tenggelam bukan disengaja, bisa dijadikan wisata sejarah serta museum bawah laut.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: