Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ukraina Bilang Rusia Tak Pernah Ingin Lakukan Negosiasi

Ukraina Bilang Rusia Tak Pernah Ingin Lakukan Negosiasi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Volodymyr Pakhil mengatakan, Rusia tidak pernah tertarik pada proses perdamaian di negaranya.

Dia mengatakan, salah satu contohnya adalah serangan terhadap pasukan Ukraina di Luganks pada Selasa (18/9/2020).

Baca Juga: Siap Berkompromi dengan Rusia, Ukraina Berusaha Bangun Negosiasi

Pakhil, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (20/2/2020), mengatakan enam tahun lalu, seiring dengan pendudukan sementara Crimea dan agresi militer di Ukraina Timur, Rusia melakukan tindakan pelanggaran hukum dan ketertiban internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya pasca-perang Eropa.

Berada di garis depan Eropa yang demokratis dan bebas, jelasnya, Ukraina membayar mahal atas nyawa dan ekonomi demi mempertahankan wilayah, nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya.

Pakhil menyebut, saat ini, lebih dari 14 ribu orang tewas, termasuk warga sipil, dan lebih dari 1,5 juta orang mengungsi secara internal.

Dia menuturkan, Selasa lalu, menandai peringatan enam tahun agresi, apa yang disebutnya pasukan Rusia melancarkan serangan artileri besar-besaran dan serangan infanteri di wilayah Lugansk, menggunakan persenjataan yang dilarang berdasarkan Perjanjian Minsk.

"Melalui serangan ini, Rusia sekali lagi secara sinis membuktikan bahwa mereka tidak ingin terlibat secara konstruktif dan dengan itikad baik terhadap proses perdamaian. Sebaliknya, Kremlin justru terus mengejar strategi eskalasi," ucapnya.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy pasca serangan tersebut, jelas Pakhil, sekali lagi menegaskan komitmen Ukraina atas penyelesaian damai dengan langkah-langkah politik dan diplomatik, yang hanya mungkin dilakukan jika Rusia ikut terlibat.

"Tentunya, perseteruan dan kekerasan di lapangan mengancam proses perdamaian yang rapuh, serta membahayakan keselamatan dan keamanan penduduk sipil yang terus menderita," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: