Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Save Our Sea: Melestarikan Mangrove, Mencegah Abrasi Pantai

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Save Our Sea: Melestarikan Mangrove, Mencegah Abrasi Pantai Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas

Hal yang Perlu Disimak

1. Mengingat beberapa fungsi penting dari hutan mangrove maka perlu diadakannya prinsip perlindungan, pembelajaran, serta pemanfaatan pada area hutan mangrove. Untuk itu, diperlukan kerja sama semua pihak baik masyarakat, pengamat maupun pemerintah agar kawasan hutan mangrove tidak rusak oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

2. Dalam upaya memperbaiki ekosistem wilayah pesisir, masyarakat sangat penting dilibatkan agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain  itu, konsep-konsep lokal (kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya termasuk hutan mangrove harus ditumbuhkembangkan kembali sejauh dapat mendukung program tersebut.

Baca Juga: Save Our Sea: Membangun Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat

3. Hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang. Konversi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove sebagai tambak, areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan mangrove terus berkurang. Selain itu, pemanfaatan hutan mangrove yang tidak bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan juga arang memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove.

4. Pencemaran lingkungan laut dan dampak pencemaran laut merupakan akibat perbuatan manusia. Aktivitas manusia sehari-hari merupakan penyebab utama terjadinya polusi laut dunia. Lebih dari 80 persen polusi laut berasal dari aktivitas yang terjadi di darat. Mulai dari hancurnya terumbu karang, penumpukan sampah, timbunan zat kimia berbahaya, sampai peningkatan suhu permukaan laut sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem yang ada di laut.

Berton-ton sampah yang dibuang ke sungai setiap harinya, yang akhirnya bermuara ke laut, pembuangan limbah-limbah dan zat-zat kimia oleh pabrik dan kebocoran kapal tanker merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pencemaran laut yang diakibatkan oleh manusia. Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2 di mana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang.

Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan akar mangrove yang berakibat kematian pada tumbuhan mangrove tersebut.

5. Di beberapa daerah wilayah pesisir sudah terlihat adanya degradasi dari hutan mangrove akibat penebangan hutan mangrove yang melampaui batas kelestariannya. Hutan mangrove telah diubah menjadi berbagai kegiatan pembangunan seperti perluasan areal pertanian, pengembangan budidaya pertambakan, pembangunan dermaga, dan lain sebagainya.

Seharusnya kegiatan pembangunan tidak perlu merusak ekosistem pantai dan hutan mangrove, asalkan mengikuti penataan yang rasional, yaitu dengan memperhatikan segi-segi fungsi ekosistem pesisir dan lautan dengan menata sepadan pantai dan jalur hijau dan mengonservasi jalur hijau hutan mangrove untuk perlindungan pantai, pelestarian siklus hidup biota perairan pantai (ikan dan udang, kerang, penyu), terumbu karang, rumput laut.

6. Ekosistem hutan mangrove harus dilestarikan karena dapat menyerap logam berat dari perairan, mengurangi abrasi, mengurangi pencemaran dari industri, sampah, juga merupakan sumber daya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya memelihara alam.

Akhir kata, hutan mangrove sangat penting terhadap lingkungan karena hutan mangrove memiliki peranan atau fungsi yang penting berupa fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi wisata. Apabila hutan mangrove rusak atau bahkan hilang, banyak kerugian yang harus ditanggung manusia ataupun makhluk hidup lainnya serta lingkungan.

Pencemaran misalnya, yang terjadi di laut maupun di daratan dapat mencapai kawasan mangrove karena habitat ini merupakan ekosistem antara laut dan daratan. Bahan pencemar seperti minyak, logam berat, sampah, dan limbah industri dapat menutupi akar mangrove sehingga mengurangi kemampuan respirasi dan osmoregulasi tumbuhan mangrove, dan pada akhirnya menyebabkan kematian seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya dan kerusakan pantai, dan lain-lainnya.

Jika hutan mangrove rusak dan sudah tidak membuat nyaman semua mahluk hidup termasuk hidup anak cucu dan cicit kita, siapa yang harus dipersalahkan?

Mungkin ada baiknya kita merenung sejenak dan berusaha menyimak kutipan sebagai berikut: we abuse land because we regard it as a commodity belonging to us. When we see land as a community to which we belong, we may begin to use it with love and respect. (Kita menyalahgunakan lahan karena kita menganggapnya sebagai komoditas milik kita. Bila kita melihat lahan sebagai komunitas tempat kita berada, mungkin kita mulai menggunakannnya dengan cinta dan rasa hormat).

Harusnya ungkapan ini memantik kesadaran kita menjaga kelestarian hutan mangrove sang penjaga abrasi daratan dari laut, menjaga kelestarian alam kita agar selalu memberikan berkah kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dan yang terpenting menjaga bumi agar tak tersakiti.

Bukankah nature's beauty is a gift that cultivates appreciation and gratitude, atau keindahan alam adalah anugerah yang menumbuhkan penghargaan dan rasa syukur?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: