Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Islamofobia dan Xenofobia Masih Berkembang, Turki Minta Dunia Bersikap Bijak

Islamofobia dan Xenofobia Masih Berkembang, Turki Minta Dunia Bersikap Bijak Kredit Foto: UN Photo/Loey Felipe
Warta Ekonomi, Jenewa -

Pemikiran xenofobia dan islamofobia telah memakan korban di Eropa, belum lama ini. Dalam sidang sesi ke-43 Dewan HAM PBB, Menteri Luar Negeri Turki Faruk Kaymakci menyoroti insiden penembakan di Kota Hanau, Jerman. Ia menyerukan dunia internasional memiliki pemikiran lebih bijak untuk memerangi hal tersebut.

"Kami kehilangan empat warga Turki dalam aksi rasisme dan permusuhan terhadap Islam," ujar Kaymakci dilansir Anadolu Agency, Kamis (27/2/2020).

Baca Juga: Xenofobia, Motif Utama Pelaku Penembakan di Jerman

Pada 19 Februari, seorang ekstremis sayap kanan Jerman menyerang dua kafe. Insiden ini menewaskan sembilan orang dengan latar belakang migran di Kota Hanau di bagian barat.

Empat warga Turki meninggal dalam serangan itu termasuk satu orang Bosnia, satu orang Bulgaria, satu orang Rumania, dan dua orang berkebangsaan Jerman-Afghanistan.

Kaymakci mengatakan Turki telah menyuarakan keprihatinannya tentang meningkatnya serangan xenophobia di seluruh Eropa.

Selain itu, Turki juga prihatin dengan manifestasi rasisme dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya di seluruh dunia.

"Sudah saatnya bagi semua negara untuk meningkatkan upaya mereka untuk melawan tren yang mengkhawatirkan ini, pertama dan terutama, dengan berbicara dengan satu suara dan meninggalkan wacana rasis dan xenofobia," kata Kaymakci.

Kaymakci juga menyoroti konflik yang sedang berlangsung di Suriah dan dapat menimbulkan ancaman bagi perdamaian, serta stabilitas regional.

Dia mengatakan sejak Mei 2019 lebih dari 1.800 warga sipil telah tewas dalam serangan di Idlib.

Mengutip data PBB, lebih dari satu juta orang terlantar dan terpaksa mengungsi ke perbatasan Turki.

Selain itu, setidaknya 300 fasilitas sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit, telah hancur akibat serangan bom.

Kaymakci mencatat bahwa Turki terus menegakkan hak asasi manusia dan martabat jutaan pengungsi yang ditampung di negaranya.

"Dengan sekitar empat juta orang terlantar, termasuk sekitar 3,6 juta warga Suriah, Turki adalah rumah bagi populasi pengungsi terbesar di dunia," kata Kaymakci.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: