Kompetisi yang Sehat Diharapkan Terjadi Dalam Pemberian RIPH

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kompetisi yang sehat diharaokan tercipta dalam pemberian Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Hortikultura Anton Muslim Arbi. 

 

“Jadi kompetisi harus sehat, agar tidak ada saling curiga," kata Muslim Arbi. 

 

Menurutnya, kompetisi tersebut sangat penting untuk menghindari adanya permainan pihak tertentu dalam proses pengajuan izin bawang putih yang sempat dipertanyakan. 

 

Baca Juga: Soal RIPH, KPPU Bakal Turun Tangan

 

Pemberian RIPH ini, tambah dia, menimbulkan kecurigaan karena baru 10 importir yang baru mendapatkan RIPH dari 100 importir yang mengajukan sejak November 2019.

 

Sementara itu, pengamat politik Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan proses penerbitan RIPH tidak boleh menguntungkan kepentingan politik tertentu. 

 

Baca Juga: KPPU Sudah Serahkan Saran Soal Impor Bawang Putih ke Pemerintah

 

Ia menuturkan bila pemberian rekomendasi impor untuk komoditas bawang putih yang tidak terbuka dan kurang transparan bisa menimbulkan kecurigaan."Jika melakukan impor, prosesnya mutlak harus transparan," katanya.

 

Adapun, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan pemberian RIPH sudah dilakukan secara terbuka. Prihasto juga membantah ada konflik kepentingan dalam pemilihan importir, meski tidak membeberkan perusahaan yang mendapatkan RIPH dengan kuota masing-masing.

 

Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah menerbitkan izin impor untuk bawang putih sebesar 103.000 ton dari China untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Penerbitan izin impor ini dilakukan karena stok bawang putih di dalam negeri kian menipis, yakni 70.000 ton dan hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai pertengahan Maret 2020.