Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kinerja Ekspor CPO Turun, Karena Corona Lagi?

Kinerja Ekspor CPO Turun, Karena Corona Lagi? Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Coronavirus disease (Covid-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona dan terdeteksi pertama kali di China pada akhir Desember 2019 lalu. Awal Maret 2020, pasien Covid-19 dilaporkan sudah mencapai 93 ribu kasus yang tersebar di benua Amerika, Afrika, Asia termasuk Indonesia, Australia, hingga Timur Tengah.

Tidak hanya menyerang manusia dari segi kesehatan fisik, Covid-19 ini juga ikut andil terhadap kinerja ekspor minyak sawit Indonesia, pasokan bahan baku industri serta perlambatan ekonomi global. China yang merupakan importir minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar Indonesia pada tahun 2019 lalu telah membatasi interaksi perdagangan dengan negara-negara di dunia termasuk Indonesia.

Baca Juga: Tak Hanya Manusia, Corona Juga Serang Harga CPO Indonesia?

Data Gapki mencatat ekspor CPO Indonesia ke China mencapai 6 juta ton pada 2019. Apabila ditambah dengan produk oleochemical dan biodiesel, total ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 8 juta ton dengan nilai ekspor sekitar US$ 5 miliar.

Sementara itu, terjadi penurunan volume ekspor minyak sawit Indonesia hingga 30% pada Januari 2020 dibanding periode yang sama tahun 2019 lalu. Angka penurunan ini meliputi total seluruh negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia termasuk China.

Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, mengatakan bahwa angka penurunan ekspor tersebut belum dapat sepenuhnya dikonfirmasi sebagai akibat dari Covid-19, tetapi perluasan pasar untuk menjaga volume ekspor yang turun di China tetap diperlukan. Saat ini, pasar ekspor utama CPO Indonesia hanya terbatas pada China, India, dan Uni Eropa dengan jumlah permintaan yang fluktuatif. 

Sementara itu, pasar ekspor ke Afrika dan Timur Tengah menunjukkan peningkatan volume yang signifikan. Khusus untuk pasar Afrika, Joko meminta pemerintah Indonesia melakukan negosiasi relaksasi aturan impor di Afrika. Pasalnya, pungutan ekspor untuk produk dalam bentuk kemasan ke Afrika cukup tinggi. Padahal, 48% produk minyak sawit Indonesia ke Afrika diekspor dalam bentuk kemasan.

"Jadi kalau mau di-review pungutan ekspornya itu akan bisa mempercepat membantu meningkatkan ekspor. Karena ini masih kena pungutan," terang Joko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: