Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gandeng 4 Lembaga, Pertamina Bakal Bangun Pabrik Contoh Biorefinery

Gandeng 4 Lembaga, Pertamina Bakal Bangun Pabrik Contoh Biorefinery Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) memastikan turut serta dalam pembangunan pabrik percontohan Bahan Bakar Nabati (BBN) Biohidrokarbon di area pabrik Pupuk Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan.

Kepastian perusahaan migas pelat merah dalam proyek ini setelah perseroan mendeklarasikan sinergi bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), PT Pupuk Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pabrik ini nantinya akan memproduksi diesel biohidrokarbon, terutama Bioavtur J100 yang akan digunakan untuk uji properti, uji statik, dan uji terbang. Pabrik percontohan dirancang dengan kapasitas 1.000 liter diesel biohidrokarbon atau bioavtur perhari.

Baca Juga: Proyek Pertamina Power Udah Setengah Jalan, Tahun Depan Meluncur

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menjelaskan setelah penandatangan nota kesepahaman, Pertamina dan ITB akan menyusun perencanaan dan kajian, monitoring, evaluasi teknis dan hukum untuk penelitian, hingga strategi komersialisasi teknologi untuk optimalisasi pengembangan pemanfaatan BBN. 

"Selain menyusun perencanaan, Pertamina dan empat lembaga lainnya akan melakukan penguatan kompetensi sumber daya manusia dan alih teknologi dan ilmu pengetahuan antarinstansi," jelas Fajriyah Usman.

Di samping itu, kerja sama ini akan mendorong pembangunan pabrik percontohan bahan bakar nabati (BBN) Biohidrokarbon di area pabrik Pupuk Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan.

Menurut Fajriyah, pabrik percontohan BBN biohidrokarbon tersebut dirancang untuk mengolah bahan baku berupa minyak nabati industrial (industrial vegetable oil/IVO) menjadi diesel biohidrokarbon dan minyak laurat industrial (industrial lauric oil/ILO) menjadi bioavtur. 

"Pembangunan dan pengoperasian pabrik contoh ini diperkirakan akan memerlukan anggaran sekitar Rp75 miliar per tahun," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: