Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ahli Bahasa Pentagon Didakwa karena Sebar Informasi Sensitif

Ahli Bahasa Pentagon Didakwa karena Sebar Informasi Sensitif Kredit Foto: Reuters/Yuri Gripas
Warta Ekonomi, Washington -

Seorang ahli bahasa Pentagon dituduh mentransmisikan informasi yang "sangat sensitif dan dirahasiakan" kepada warga asing yang terkait dengan kelompok militan Islamis Hizbullah.

Mariam Thompson, (61), dituduh membahayakan nyawa personel militer AS dan personel lainnya dengan tugas aktif dengan mengungkapkan nama asli mereka.

Baca Juga: Kepala Pentagon Beri Isyarat AS Segera Bawa Pulang Tentaranya dari Afghanistan

Para pejabat AS menuduh Thompson melakukan tindakan yang merupakan ancaman bagi keamanan nasional.

Thompson ditangkap oleh agen FBI di pangkalan AS di luar negeri pada 27 Februari 2020.

Dalam pernyataannya pada Rabu, 4 Maret 2020, Departemen Kehakiman AS menyebutkan bahwa Thompson sebelumnya bekerja sebagai ahli bahasa kontrak dan memegang "izin keamanan pemerintah rahasia".

"Ketika berada di zona perang, terdakwa diduga memberikan informasi pertahanan nasional yang sensitif, termasuk nama-nama orang yang membantu Amerika Serikat, kepada seorang warga Lebanon yang berlokasi di luar negeri," kata Asisten Jaksa Agung Departemen Kehakiman untuk Keamanan Nasional, John Demers sebagaimana dilansir BBC, Kamis (5/3/2020).

"Jika benar, perilaku ini memalukan, terutama bagi seseorang yang bertindak sebagai kontraktor dengan militer Amerika Serikat. Pengkhianatan negara dan kolega ini akan dihukum," tambahnya.

Pernyataan itu mengatakan bahwa penyelidikan terhadap Thompson mengonfirmasi "perubahan nyata" dalam aktivitas jaringannya pada sistem rahasia departemen, termasuk mengakses "informasi yang tidak ia punya alasan untuk mengakses".

Kemudian, pada 19 Februari 2020, penggeledahan yang sah terhadap tempat tinggal Thompson mengarah pada penemuan catatan tulisan tangan dalam bahasa Arab yang disembunyikan di bawah kasurnya.

Catatan itu berisi informasi "mengidentifikasi aset manusia dengan nama", sementara memperingatkan Hizbullah bahwa ponsel orang-orang ini "harus dipantau".

Thompson diduga berbagi informasi rahasia dengan "konspirator yang dia memiliki ketertarikan secara romantis". Investigasi FBI mengungkapkan bahwa dia tahu orang ini adalah warga negara asing yang kerabatnya bekerja untuk pemerintah Lebanon.

Thompson dijadwalkan akan hadir di pengadilan pada Rabu. Jika dia kemudian divonis bersalah, dia menghadapi hukuman seumur hidup di penjara.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: